Monday, December 31, 2007

Lita Otonan

Di blog ini, rasanya sudah pernah posting masalah otonan. Silahkan baca posting sebelumnya jika ingin tahu apa itu otonan :)

Di malam tahun baru, Lita berusia tepat 210 x 4 hari atau 4 oton. Dalam tradisi Hindu, otonan merupakan peringatan hari lahir (birthday) dengan dasar perhitungan tertentu yang tidak sama dengan kalender masehi. Otonan kali ini bertepatan dengan malam tahun baru sehingga memperingatinya sekalian.

Seperti halnya otonan pertama, kali ini peringatannya di rumah di Bali. Artinya suasananya juga berbeda. Lebih ramai dan lebih meriah. Dalam acara ini sekaligus juga dilakukan syukuran dengan mengundang semua orang di banjar (tempek), tidak kurang dari 60 keluarga. Banyak bener ya :)

Ayah dan Ibu mengunjungi semua rumah untuk mengundah mereka agar datang malam itu. Pengalaman ini sangat berkesan karena untuk pertama kalinya Ibu mengunjungi semua rumah tanpa kecuali dan berinteraksi langsung dengan semua orang. Ini menjadi catatan tersendiri bagi keluarga kecil kami. Bagi masyarakat desa, ini menjadi pertanda keinginan kami untuk berinteraksi dan tetap menjadi hubungan baik dengan semua orang di kampung. Semoga.

Sunday, December 30, 2007

Berkumpul di Bali

Tanggal 30 Desember 2007 tengah malam, Lita, Ibu dan Mbah tiba di Bali. Lita dan Ibu terbang dari Jakarta dan Mbah dari Jogja. Walaupun menggunakan pesawat yang berbeda, ketiganya mendarat pada waktu nyaris bersamaan sehingga memudahkan yang menjemput.

Lita berjalan kaki dituntun Ibu dan Kadek, mununjukkan sepatunya yang berkelap kelip ada lampunya. Lita menggunakan jaket pink dengan hood yang menutup kepalanya.

Ketika melihat ayah, lita langsung mau digendong tanpa canggung sedikitpun. Ini menyenangkan mengingat Lita sudah tidak melihat ayah selama lebih dari 3 bulan. Komunikasi selama inipun hanya voice saja karena webcam ayah tertinggal di Australia. Lita tidak lupa sama sekali dengan ayahnya, sangat mengharukan.

Perjalanan malam itu dilanjutkan ke rumah Tabanan dan sampai di rumah setengah 2 pagi. Selanjutnya Lita masih kuat begadang sampai jam 3 pagi ketika ayah ibunya sudah teler kehabisan energi. Hari ini semua berkumpul di Bali. Ada Mbah Putri, Mbah Kakung, Ibu, Lita, Ayah, Pekak dan Ninik (Ninik1 dan Ninik2 :) Semua gembira menyambut kedatangan Lita dan siap-siap untuk 'pesta kecil' esok harinya karena Lita akan otonan.

Tuesday, December 25, 2007

Ayah Kembali ke Tanah Air

Bertepatan dengan hari Natal, ayah pulang ke tanah air. Di bandara dijemput Ninik dan Pekak yang sudah menunggu hampir 2 jam karena pesawat ayah terlambat.

Perjalanan dari JFK New York ditempuh melalui Vancouver Canada dan kemudian mampir di Hongkong selama beberapa jam. Sayang sekali di kedua tempat ini hanya transit di bandara sehingga ayah tidak bisa jalan-jalan melihat suasana kota.

Perjalanan total ditempuh selama 30 jam termasuk transit. Sebuah perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan. Meski demikian, perjalanan terasa sangat menarik karena akan bertemu ibu dan Lita di Indonesia, walaupun Ibu dan Lita akan tiba di Bali tanggal 30 Desember 2007. Lita sendiri akan otonan tanggal 31, tepat di malam tahun baru.

Suasana desa tidak banyak berubah. Rumah Pekak yang tetap asri dan kebun yang tertata rapi menyambut ayah dengan ceria. Makanan khas Bali dan keramahan semua orang kampung menjadi pengobat rindu yang sangat menyejukkan. Ayah menunggu Lita dan Ibu di Bali.

Saturday, December 22, 2007

Selamat Hari Ibu, istriku.

Ketika umur bertambah dewasa, sering kali kemalasan menghinggapi kita untuk menyatakan cinta. Saat seorang teman beranjak jadi kekasih dan kemudian menjadi istri dan akhirnya menjadi ibu dari anakku, seorang aku bisa saja bermetamorfosis dalam hal kepekaan akan cinta. Saat inilah hidup berubah pelan dan seperti tidak disadari. Kehangatan bisa memudar. Saat inilah penyelamatan diperlukan dan kesadaran menjadi satu-satunya pembuka pintu kesempurnaan hidup.

Perubahan dari suasana manja bergelimang cinta menuju kebersahajaan dan kedewasaan yang bijaksana seringkali menjadi alasan untuk tidak memikirkan lagi hal-hal yang mengharu biru. Begitulah seorang aku bisa lupa akan apa yang pernah menggelorakan semangat di masa muda. Jika dulu ada kegelisahan lelaki yang senantiasa membakar semangat cinta, kini kesibukan dan kebesaran nama seringkali membuat semuanya sedikit berbeda.

Aku mengerti. Aku tidak menyesali ini. Kedewasaan memang menjadikan kita lebih tenang, tidak meledak-ledak sekaligus lebih bijaksana, pun dalam menyatakan cinta. TETAPI, tidak pernah ada alasan untuk mengurangi cinta. Ini yang aku jaminkan kepadamu. Benar memang waktu membawa angin perubahan tetapi semuanya hanya hiasan. Seperti musim berganti dengan wajah dan kesegaran baru, begitu juga kedewasaan kita menghadirkan perilaku yang berbeda. Memang tidak lagi kita jalani hari-hari seperti halnya 10 tahun yang lalu ketika pandangan mata menimbulkan birahi, kini pandangan mata adalah kebijaksanaan yang bertanggung jawab. Puncak kenikmatan kita adalah keheningan. Begitulah kita melakukan lompatan dalam hidup.

Istriku, hari ini adalah Hari Ibu. Umat manusia merayakannya dengan cara masing-masing. Bagiku sesungguhnya ini tidak istimewa karena keibuanmu tidak pernah berkurang di hari biasa. Terima kasih yang tidak berhenti ini semestinya menjadi obor bagimu yang terasa bernasnya saat gelap menjelang. Momen ini hanyalah pertanda. Kuresmikan terima kasihku dengan ucapan dan kupastikan cintaku dengan ujaran yang barangkali sesungguhnya tidak perlu. Agar umat manusia mengetahui niatku dan menjadikannya pelajaran untuk generasi mendatang, harus kunyatakan dengan bahasa sederhana bahwa aku mencintaimu. Selamat Hari Ibu.

Friday, December 21, 2007

Hari Terakhir di Kantor

Akhirnya ayah harus mengucapkan selamat tinggal kepada kantor PBB di New York. Hari ini adalah saat terakhir masuk kantor dan merupakan hari perpisahaan. Ayah menemui semua orang untuk pamitan sekaligus mengucapkan selamat natal dan tahun baru.

Seperti biasa, ada juga acara makan bersama di sebuah restoran Chinese di 2nd Avenue, Manhattan yang tidak jauh dari kantor. Tidak seperti biasanya, kali ini ayah yang mentraktir teman-teman. Tentu saja mereka terkejut, why? Ayah bilang "we do it in the Indonesian way" sambil berkelakar. Mereka geleng-geleng kepala, tapi tidak menolak tentunya :)


Acara makan siang bersama di sebuah restoran Chinese.


Ayah berpose dengan buku "Batas Maritim Antarnegara" di perpustakaan DOALOS.


Buku "Batas Maritim Antarnegara" karangan ayah di antara buku penulis dunia.

Tuesday, December 18, 2007

Menyerahkan paper ke PTRI

Akhirnya ayah benar-benar selesai. Presentasi dan paper sudah terselesaikan dengan baik dan sudah diserahkan ke DOALOS. Ayah juga menyampaikan satu salinan paper ini kepada Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York. Selama ini ayah memang menjalin komunikasi yang baik dengan PTRI terutama dengan Pak Marty (dubes), Pak Adam (bagian hukum) dan Pak Putu (atase pertahanan).

Satu eksemplar paper ayah serahkan kepada Pak Adam yang dipadu dengan acara makan malam. Beliau mentraktir ayah malam itu di restoran Jepang. Di samping memang untuk memberikan kontribusi nyata kepada Indonesia, penyerahan paper ini juga untuk menjaga komunikasi dan jaringan profesional yang sudah terbangun dengan baik. Semoga ke depan semua pihak dapat memetik buah yang baik.

Ini bebrapa foto dengan Pak Adam.

Ayah menjelaskan beberapa hal teknis dalam paper ayah.

Pak Adam menyimak dengan seksama sambil memberi beberapa masukan. Beliau ini memang banyak terlibat dalam Sidang Umum PBB 2007 dan menguasai hukum laut.

Tuesday, December 11, 2007

Presentasi Penelitian

Ini adalah salah satu momen terpenting dalam hidup ayah terkait program fellowship di United Nations. Hari ini ayah mempresen- tasikan penelitian ayah di depan semua rekan dari negara lain, program adviser dan pakar-pakar terkait di DOALOS.

Seperti biasa, ayah selalu persiapan dan latihan sebelum presentasi. Biarpun sudah presentasi presentasi di mana-mana, nasional maupun internasional, ayah memang tidak pernah bisa presentasi tanpa latihan. Selalu ada latihan dan kalau perlu di depan cermin :) Ibu masih ingat kan ayah selalu melakukan ini waktu di Sydney dulu?! Biarpun pernah jadi presenter terbaik di Sydney, sampai kini ayah selalu persiapan sebelum presentasi. Yang terpenting dari latihan bukanlah masalah penguasaan materi tetapi penyampaian yang tepat dalam waktu yang tersedia. Biarpun seorang presenter menguasai materi tetapi kalau tidak cermat dalam penggunaan waktu, bisa timbul masalah dan tetap saja terlihat tidak profesional.

Presentasi kali ini dibatasi tidak boleh lebih dari 30 menit. Jika lebih, chairman akan memotong dan dilanjutkan dengan diskusi selama kira-kira sejam. Karena latihan yang ketat, ayah bisa menyelesaikan presentasi dalam waktu 20 menit saja dan menyampaikan semua materi dengan baik. Akibatnya, ada lebih banyak waktu untuk diskusi.

Ayah menyampaikan materi landas kontinen ekstensi Indonesia dengan banyak animasi. Teman-teman yang berlatar belakang ilmu sosial nampak menikmati animasi yang ayah sampaikan dan mereka mendapat gambaran yang lebih jelas dengan visualisasi seperti ini dibandingkan hanya membaca pasal-pasal hukum laut.

Ini beberapa foto saat presentasi.

Sedang semangat-semangatnya presentasi. Francois bertindak sebagai chairman.


Kalau ini tidak sedang presentasi, tapi lagi bergaya saja setelah presentasi selesai :)

Monday, December 10, 2007

Ngopi di kantor

Sejak di New York, ayah punya kebiasaan ngopi. Kali ini bukan ngopi buku atau jurnal, tetapi minum kopi ekspreso khas Italia. Teman sebelah ruangan ayah memang orang Italia dan gemar sekali minum kopi. Setiap hari dia selalu mengundang ayah dan beberapa teman lain untuk menikmati kopi buatannya.

Jangan dibayangkan seperti kopi di Jogja yang menggunakan satu gelas besar dan kopinya hingga luber, di sini menggunakan gelas super mini dan itupun terisi kurang dari setengahnya. Minumnya sedikit tapi kopinya sangat kuat. Kopi ini dibuat dengan mesin khusus yang ada di ruangan teman ayah ini.

Ini di foto-foto kalau kita lagi ngopi.

Michele sedang membuat kopi dengan mesin ekspreso.


Suasana minum kopi dengan Michele (Italia) dan Francois (Kanada

Saturday, December 08, 2007

Pengamen

Biarpun merupakan negara maju, di Amerika (terutama New York) ada banyak sekali pengamen. Di tempat-tempat umum seperti taman rekreasi, stasiun kereta (subway) dan di dalam subway, pengamen dijumpai dengan sangat mudah.

Sebagian besar di antara mereka memang bisa bernyanyi dengan baik, tetapi seringkali hanya sekedarnya dan hanya untuk minta duit. Yang di foto ini adalah pemain musik cilik favorit ayah. Dia katanya adalah cucu dari musisi legendaris Amerika. Memang permainannya canggih, dia selalu beraksi di stasiun subway tempat ayah menungu kereta kalau pulang kantor. Umurnya kira-kira baru 7 atau 8 tahun, permaiannya sudah memukau. Lita mau jadi pemain musik nggak nanti ya?

Thursday, December 06, 2007

Salju

Dear Ibu dan Lita,

Cukup lama ayah tidak menulis di blog. Belakangan ini memang agak sibuk karena harus menyelesaikan segala sesuatu menjelang berakhirnya masa penelitian. Sebelum tanggal 11 Desember semua sudah harus selesai karena Ayah akan presentasi hari ini.

Salju sudah mulai turun di New York, ayah bisa menyaksikan dan merasakan salju di halaman rumah. Tidak seperti ketika di Sydney, kita perlu datang ke snowy mountain untuk melihat salju, di sini cukup memandang dari jendela, butiran salju berterbangan di luar menciptakan suasana yang dramatis.

Salju memang belum pernah setebal yang terlihat di film-film Hollywood tapi dinginnya bukan main, terutama kalau anginnya kencang. Ayah selalu pakai jaket tebal kalau ke mana-mana. Ini beberapa foto yang ayah ambil selama musim salju.

Ini pemandangan di belakang rumah, terlihat dari jendela kamar ayah.

Suasana depan rumah dengan salju tipis di taman.

Di salah satu sudut Manhattan, foto diambil oleh teman dari Brazil.

Sunday, December 02, 2007

Washington DC

Tanggal 1-2 Desember 2007 ayah sempat jalan-jalan ke Washington DC, ibukota Amerika Serikat. Kami brangkat ber-6 yaitu Sampan (Thai), Tatiana (Colombia), Christophe (Cameroon), Ritche (Filipina), Rotrigue (Benin) dan ayah. Perjalanan meggunakan bus tour Chinese yang lumayah murah tapi layanannya bagus. Perjalanan jadi menyenangkan.

Washington sangat mirip dengan Canberra (atai CBR yang mirip Washington :) dari segi tata ruang. Di sini tidak banyak terlihat gedung tinggi dan pemanfaatan ruang sebagian besar untuk perkantoran. Amerika memang terlihat gemar berperang, terbukti dengan banyaknya museum dan memorial perang yang dimilikinya.

Ayah sempat mengunjungi Gedung Putih, kantor dan tempat tinggal Presiden Amerika. Sempat juga mendatangi Capitol Hill yang terkenal dengan kubahnya itu, Washington Monument, Lincoln Memorial dan lain-lain. Pengalaman ini sangat menarik, tetapi terasa kurang karena Ibu dan Lita tidak ikut. Lain kali kita akan datang lagi untuk mengunjungi tempat-tempat ini ya :)

Ini ayah sempatkan ambil beberapa foto di tempat-tempat penting.

Di depan Gedung Putih, alias White House. Gedung ini jauh lebih kecil dari yang ayah bayangkan :( Itupun hanya bisa ambil foto dari jarak yang sangat jauh.

Capitol Hill dari kejauhan.

Berlatar Washington Monument.

Saturday, December 01, 2007

Campur-campur


Sepulang dari Jogja, Lita Gita berpelukan, nampak kerinduan diantara mereka

Mandi sama2, ada saat saling sayang juga ada saatnya bertengkar....

Papa mandiin anak2, saat2 yang akan dirindukannya bila Lita jauh nanti

Ultah Nara, anak2 excited sekali....

Saat2 kebersamaan itu tinggal sebulan lagi...