Saturday, September 27, 2008

Resep Sate Lilit

Sudah lama resep sate lilit ini menjadi rahasia saya bersama kalangan terbatas di Sydney dan Wollongong. Kini saatnya, karena ada indikasi sudah banyak juga yang nyuri-nyuri resep :), untuk mengumumkan kepada publik resep sate lilit. Seperti kata Kungfu Panda, no secret at all karena rahasia itu kini diungkap.

Bahan:
  1. 0,5 km daging ayam cincang (minch)
  2. gula merah kira2 100 gr
  3. kelapa parut segenggam standar
  4. santan 100 ml
  5. tusuk sate. Bisa juga gunakan sumpit yang sekali pakai. Kalau tidak ada sumpit gunakan tusuk sate yang biasa dipakai untuk tusuk sate ayam madura.
Bumbu:
  1. Bumbu Soto Ayam merek Bamboe (ini rahasianya)
  2. ketumbar bukum bubuk satu sendok teh
  3. daun jeruk 5 lembar
  4. terasi kira 1 cm kubik
Cara Membuat
Iris gula merah, iris halus daun jeruk, kemudian campur dengan santan, kelapa parut, ketumbar, bumbu soto ayam, dan terasi yang sudah digoreng. Masukkan terasi dengan minyaknya, gunakan minyak kira2 2 sendok makan. Kesemuanya dicampur dengan tangan hingga tercampur sempurna. Setelah itu masukkan ayam cincang dan aduk hingga merata dan menjadi adonan kental (tidak cair) sehingga bisa dililit.

Perhatikan cara melilit sate di video di bawah ini.



Setelah sate dililit, lakukan pemanggangan. Kalau punya electroic griller tentu lebih baik. Kalau tidak punya, gunakan panggangan sate manual yang biasa digunakan untuk BBQ. Lihat sate yang dipanggang di griller elektronik pada gambar berikut:

Thursday, September 25, 2008

Ritual malam

Sejak tinggal di Wollongong, kami mencoba mendisiplinkan Lita (dan juga orang tuanya sih yang penting) dengan jadwal sehari-hari. Ritual malam adalah yang selama ini paling rutin dilakukan.

Karena Lita harus sekolah pagi, sebaiknya tidur juga cepat. Tapi kenyataannya masih belum pernah bisa sebelum jam 9 malam. Ini kesalahan ayah ibunya juga sih yang kebiasaan tidur malam. Ayahnya, terutama he he.

Saat waktunya tidur, kami bertiga gosok gigi. Lita sudah bisa gosok gigi sendiri walaupun kadang masih belepotan :) Adegan ngajak sikat gigi ini hampir pasti didahului dengan drama-drama merayu dan bahkan sedikit memaksa. Berbagai hal dijanjikan atau bila perlu ancaman kecilpun disampaikan :) Tapi umumnya sih Lita mau sikat gigi. Trik yang paling sering dipakai Ibu adalah "Ibu aja yang digosokin giginya sama Ayah" yang spontan membuat Lita terika "nggak, Lita aja!" Mulailah kami berhamburan ke kamar mandi.

Setelah sikat gigi, Lita juga susah diajak berhenti (iki bocah piye sih, diajak mulai susah, eh giliran disudahi, sulit juga). Ada saja yang dilakukannya dan terutama alasannya yang selalu 'masuk akalnya'. Lita mau bersihin wastafel dulu lah, Lita mau cuci botol sabunnya dulu, Lita mau ini dan itu dan sebagainya. Setelah dirayu, bisa juga sih. Kalau nggak berhasil dirayu ya lampu kamar mandi dimatikan. Biasanya sih Lita langsung mau.

Sekarang waktunya sembahyang. Lita belum hafal Trisandya tapi sudah mau duduk tenang mendengarkan dan mengikuti ayah dan ibunya Trisandya. Kadang-kadang Lita diminta memimpin sembahyang supaya terlibat. Menariknya, Lita tahu kalau sudah Om Shanti Shanti Shanti Om artinya selesai. Makanya waktu ayahnya merenung meditasi, Lita kadang berbisik, "Om Shanti Shanti yuk Yah". Artinya dia sudah tidak sabar segera berguling-guling di tempat tidur he he.

Apa Lita langsung tidur? Jangan harap. Kalau tidak main puzzle dulu, ngisi buku stickers. Kalau nggak, baca buku dulu atau paling tidak ayahnya harus cerita. Ceritanya macam ragam. Mulai dari cerita Siap Selem khas Bali atau I Gobrag, si katak buduk hingga Petter Rabit yang kebarat-baratan. Manik Angkeran juga kadang diceritakan sama ayah. 

Begitulah Lita, tumbuh makin besar, makin kritis. Selamat tidur Lita.  

Friday, September 12, 2008

Litamorfosis

Judul posting ini mungkin mengingatkan pelajaran biologi di kelas 1 SMP atau IPA kelas 5 SD tentang metamorfosis. Ide posting ini sama dengan itu yaitu terkait perubahan Lita dari lahir hingga umur 3 tahun. Ya, Lita merayakan ulang tahun yang ke-3 hari ini. Tiga tahun yang lalu, Lita lahir di RHW Sydney, NSW, Australia. Sepertinya baru kemaren sore hal itu terjadi.

Sekedar untuk bernostaligia, mari mengingat-ingat apa yang terjadi saat itu :) Pekak, Ninik, Kakung dan Mbah Putri datang dari Indonesia menyambut kedatangan Lita di dunia. Coba lihat kegiatan mereka di Sydney tiga tahun lalu. Tiga bulan pertama Lita adalah masa-masa yang menantang. Kami, orang tua baru, yang belum pengalaman, keluarga yang jauh di tanah air dan ayah yang sedang sibuh menulis tesis membuat perjuangan itu terasa sempurna kesulitannya :) Tapi dengan kegigihan dan kesabaran Ibu, akhirnya semua berhasil kita lewati.

Kini Lita tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan pintar [kalau bukan orang tuanya, siapa lagi yang harus memuji]. Kalau mau lihat perkembangan Lita, terutama secara fisik, coba perhatikan foto di bawah ini. Yang kiri adalah Lita berumur 1 bulan dan kanan adalah Lita saat ini. Jauh sekali bedanya kan? :) Kalau ingin melihat perkembangan Lita dari awal sampai akhir termasuk imunisasinya, perkembangan mentalnya, segala yang pertama, berat badan dll. Silahkan lihat LITAMORFOSIS.


 -------------------> 


Ini beberapa foto waktu Lita ulang tahun:

Lita cantik dengan baju baru hadiah dari Tante Dede, Om Krishna dan Alycia.

Entah [guyon] apa yang sedang terjadi Ayah sama Ibu tertawa lepas :)

Lita meniup Lilin, balapan sama Nina :)

Saturday, September 06, 2008

Lita ngeles :)

Perkembangan mental Lita yang paling nampak belakangan ini adalah kesenangannya berargumentasi atau dengan kata lain 'ngeles'. Selalu saja dia punya jawaban atau alasan kalau disuruh atau dilarang melakukan sesuatu.

Alasan yang paling sering dikemukakan pasti berpola "nggak, Lita cuma *** aja kok." Misalnya kalau dilarang nonton TV dekat-dekat, dia akan segera menggosok TV dan bilang "nggak kok, Lita cuma mau elus-elus TV aja" dan akhirnya mundur. Kalau diajak sikat gigi sama Ibu dan dia tidak mau, dia akan bilang "Lita mau sama ayah aja. Lita kangen sama ayah" padahal intinya dia ingin menunda sikat gigi :)) Kalau disuruh melakukan sesuatu dan dia tidak semangat, biasanya dia bilang "sudah kok" dan jika ditanya "kapan" dia pasti bilang "dua hari" :)) Kalau dia sedang akan melakukan sesuatu, misalnya mengganggu makanan atau lainnya dan dilarang, dia akan bilang "Nggak kok, Lita pula-pula aja" (maksudnya pura-pura). Begitulah, Lita sarat dengan argumenasi ala anak kecil.

Yang paling menggelikan. Pernah suatu saat Lita harus dilarang makan lolipop selama sekian lama karena sakit. Sementara itu di rumah ada sebungkus loli. Dia memagangnya dan begitu dikasih tahu dia menjawab "Nggak kok, Lita cuma pegang aja!" Saat menonton TV sambil megang bungkus loli, tangannya meniru gerakan gunting menggunting ujung kantong loli dan teriak kecil "cutting cutting cutting cutting" sambil melirik ayanya dengan senyum dikulum. Saya tahu ini maksudnya dia ingin membuka loli. Begitu dipelototi, dia bilang "Nggak kok, kan cuma pula-pula aja". Sejurus kemudian, ketika ayah ibunya sedikit lengah dia mengambil gunting. Begitu diteriaki "Lita, ingat lo janjinya!" Dia bilang "Nggak kok, kan Lita cuma pegang aja guntingnya" demikian seterusnya dia tidak berhenti hingga benar-benar sampai pada titik kritis dan terpaksa harus dihentikan dengan sedikit paksaan :))

Di kesempatan lain, Lita sudah boleh makan loli tetapi hanya satu setiap harinya. Ini tentu saja berlaku selama ibu ada di rumah dan ayah di kantor. Begitu ayah pulang, Lita datang menemui di kamar dan tiba-tiba menawarkan loli. Ayahnya yang kadang2 terlalu sibuk di depan komputer hanya bilang "makasih" dan tanpa pikir panjang menerima tawaran Lita. Ternyata ini adalah semacam sogokan sehingga Lita pun punya alasan untuk 'menemani' ayahnya makan loli. Begitu ibu datang dan memergoki, Lita akan bilang "Cuma dua aja kok" sambil menunjukkan jarinya. Memang harus hati-hati kalau Lita menawarkan sesutu sama ayahnya. Sometimes it is too good to be true :))

Friday, September 05, 2008

Nick Jr.

Karena pertimbangan hiburan yang tidak memadai, akhirnya kami memutuskan untuk berlangganan TV programs. Lita tentu saja adalah salah satu alasan utama mengapa perlu langganan. Lita dengan tingkat penasarannya yang tinggi memerlukan media untuk mengembangkan imajinasinya. Selain membaca buku, nonton TV tentu saja adalah sarana yang tepat. Walaupun dalam beberapa hal, TV bisa sangat mengganggu. Karena itulah kami harus lebih selektif.

Sejak berlangganan TV, Lita betah berlama-lama di depan TV menyaksikan program-program Nick Jr. Lazy Town, Dora, Diego, Curious George adalah beberapa yang sangat digemari Lita. Terus terang, adanya TV ini sedikit mengurangi waktu membaca, which is not good at all. Ibu nampaknya sedang mencoba menyeimbangkan ini, ya nggak Bu he he eh? 

Lita dengan cepat hafal adegan dan dialog beberapa program karena memang diulang-ulang. Dari situ setidaknya Lita belajar dua hal. Pertama adalah listening Bahasa Inggris. Nggak tahu deh, berapa nilai IELTS Lita nanti kalau dites 3 tahun lagi :)) Kedua, dia belajar petualangan dan nilai-nilai hidup sederhana meskipun itu berlatar belakang budaya barat. Oleh karena itu juga, Lita masih diceritai Siap Selem atau Gobrak yang berlatar belakang budaya Timur, khususnya Bali. Sekali waktu diceritain juga Loro Jongrang dan sejenisnya. Mudah-mudahan dengan ini Lita akan seimbang pemahamannya akan budaya timur dan barat.