Monday, August 20, 2012

Ibuku - Puisi karya Lita

Tradisi belajar menggunakan alat komunikasi jarak jauh: Skype. Hari ini Lita membuat kejutan dengan menuliskan puisi untuk Ibu dengan judul "Ibuku". Lita membacakan puisi itu dan saya rekam lewat Skype dari Wollongong. Sementara Lita dan Asti, Ibunya, berada di Bali. So touching :)


Wednesday, August 15, 2012

Perjalanan Lita Jogja-Denpasar: part 2

Silakan baca Part 1.

Sesampai di dalam mobil, Lita pun saya minta menelpon mbah putri di Jogja dan sms ayah untuk mengabarkan kesuksesannya. Tak henti-hentinya dia bicara di dalam mobil. Ayah segera menelpon Lita setelah menerima sms Lita,"Hi ayah, ini Lita < 3". "I'm ok yah. Why do you sound sad?" Percakapan Lita dan ayahnya cukup lama, sehingga Lita mencari posisi nyaman dalam mobil sambil tiduran dengan kaki diletakkan diatas pangkuan saya, sambil menikmati Chitato hadiah akan keberaniannya. Lita pun berjanji akan cerita perjalanannya sesampai di rumah.

Malam itu Lita menunggu panggilan petugas Garuda di luar pintu masuk bersama mbahnya setelah melakukan cek in sebelumnya. Mbah bercerita kalau Lita sangat bersemangat, diciuminya mbah sambil terus bilang, "Mbah, I Love you". Begitulah kedekatannya dengan mbahnya yang berjasa besar dalam perjuangan saya kali ini, Tanpa beliau yang mengambil alih fungsi orangtua Lita, saya tidak akan bisa menjalani EAP di Bali. Mbahpun terharu melihat sikap Lita itu, yang biasanya lebih sering membuatnya marah karena keisengan Lita. Lima menit menjelang take off Lita dijemput petugas untuk boarding. Berikut cerita yang berhasil saya kumpulkan disela-sela percakapan kami sepanjang jalan menuju Tabanan.

Ibu:"Lita duduk dimana dan sama siapa?"
Lita: "Lita disini deket jendela, sebelah sini ada orang Australi, perempuan". Sambil tangannya sibuk menggambarkan posisinya dalam pesawat.
Ibu: "Lita bisa pasang seatbelt?"
Lita: "It's easy Ibu, I can do it by myself"
Ibu: "Gimana waktu pesawat take off? Are you scared?"
Lita: "I'm not scared at all Ibu. I just hold like this and my body bend like this" Sambil tangannya berpegangan di kiri kanan tempat duduknya dan badannya menunduk.
Ibu: "Lita ngapain aja selama di pesawat?"
Lita: "I play with my toy, zebri" Sambil mengelus-elus boneka zebra hadiah dari mbah sewaktu kenaikan kelas.
Ibu: "How about your bird, Blue?" Blue adalah burung imajinasi Lita, tokoh dalam film Rio, yang sering menyertainya ke sekolah.
Lita: "Owww, of course he come with me, now he is in my backpack, can you open my bag ibu, please? I think Blue is out of breath" Hmmm, saya pun ikut berimajinasi, memakai tangan saya dan menirukan suara Blue.
Ibu: "There you are Lita, kwakkkkk" Litapun berimajinasi menaruhnya di atas pundaknya. "Did you talk to people next to you?"
Lita: "Yea, I have a friend Bu, but don't ask me her name, I forgot. She is from Australia. She asked me, Hello what's your name?" Saya yakin belum tentu dia orang Australia, karena semua bule dan berbahasa Inggris bagi Lita adalah orang Australia.
Ibu: "How come she knew that you can speak English?" Penasaran saya.
Lita: "Yea, when I play with Zebri, I count in English, twenty one, twenty two, twenty three, a bit loud so she can hear me So the girl ask me: Hello what's your name? My name is Lita. How old are you? I'm nearly seven." Sambil mengingat percakapannya.
Ibu: "Wow Lita hebat berani ngobrol sama orang lain"
Lita: "Yea ibu, that's why the girl gave me lots of candies. Look at my pockets" Sambil menunjukkan kantong jaket pinknya yg dilepasnya dalam mobil. Kedua sisinya penuh dengan permen.
Ibu: "Wah you are so lucky Lita."

Malam itu seperti gangsingan, Lita gak bisa duduk diam dalam mobil, sebentar tiduran, sebentar pangku saya, sebentar duduk menghadap belakang, sebentar memeluk dari belakang om Upik yang menyetir.Untungnya ninik yang masih sakit bisa tertidur dengan nyaman di kursi depan, tentu karena pengaruh Neozep yang diminumnya sebelum berangkat tadi.

Ibu: "Lalu gimana waktu mendarat di Bali? Mbak Lita pasti seneng dong"
Lita: "Lita gak tau kalo sudah landing Bu. Tau-tau semua orang sudah mau turun."
Ibu: "Lho kok bisa?" Penasaran saya akan apa yang dilakukannya sehingga tidak sadar sudah landing.
Lita: "Iya, my ears can not hear well, I feel strange. Tau-tau tante pramugarinya sudah manggil Lita."
Ibu: "How about now, do you still feel strange with your ears?" Agak cemas saya mendengarnya
Lita: "It's OK now Ibu. I can hear you talking and also my zebri and blue. kwakkkkk" sambil menirukan suara Blue.
Ibu: "Syukurlah. Trus setelah dipanggil Lita ngapain aja?"
Lita: "Omnya yang bawain barang Lita, trus Lita diajak tante. Tapi untungnya belum jauh dari pesawat lho Bu, Lita tanya ke tantenya, sudah yakin gak ada yang ketinggalan? Tantenya bilang ya. Trus, Lita liat, lho tas Lita SD model mana? Waduhh masih ketinggalan di pesawat. Untung belum jauh." Ceritanya merasa seperti jadi pahlawan. Lita membawa 1 buah koper pink kecil dan tas backpack SD Model. Saya teringat, sewaktu tante petugas yang menyerahkan Lita sempat bilang kalau hampir saja tas hitam itu ketinggalan. Tapi pas saya tanya gimana ceritanya, petugas yang lain, menegaskan kalau gak masalah. Mungkin dia ingin tugasnya segera selesei. Makanya saya ingin cerita dari versi Lita.
Ibu: "What is this Lita?" Saya iseng bertanya tentang Tag yang masih menggelantung dengan tali biru di lehernya. Litapun melepasnya dan memberikannya pada saya.
Lita: "Itu ada nama Lita. Putu Ambalita Pitaloka Arsana." Sambil mengunyah chips hadiahnya. Sayapun mengamati Name Tag itu.
Ibu: "What is UM Lita?" Saya mengamati lambang di bagian tengah di remang-remang malam.
Lita: "Ibu, read on the top, Unaccompanied Minor. Mosok ibu gak bisa baca." Sambil tiduran dan mengunyah chipsnya. Malu saya dibuatnya.
Ibu: "Oh iya, bener ya Lita. Apa artinya nak?" Sedikit mengetes Lita
Lita: "Ya itu untuk anak yang gak ada yang nganter lah bu, supaya nanti klo tersesat kan gampang nyarinya. Dibawahnya ada DPS 6A 254 tanggalnya 11/08/2012." Sambil terus mengunyah. Saya pun terkejut, begitu hafalnya anak saya ini.
Ibu: "bukan 6A mbak Lita, tapi GA" Setengah gak percaya Lita mengambil name tag dari tangan saya dan membacanya ulang tulisan tangan memakai spidol biru itu.
Lita: "tapi ini seperti 6 bu, bukan G" masih setengah gak percaya.
Ibu: "Iya memang tulisannya gak bagus, tapi mbak Lita tau artinya GA?"
Lita: "enggak, apa bu?"
Ibu: "Garuda"
Lita: "oh iya Lita kan pake Garuda. Klo DPS?" penasaran dengan kode yang sempet dia hafalkan.
Ibu: "Denpasar" Lita pun memahami sekarang."Mbak Lita, hebat lho, om Upik aja sudah kelas 5 baru berani sendiri naik bus dari Jogja ke Bali. Mbak Lita sekarang kelas 2." Mengingatkan Lita akan keberaniannya.
Lita: " Yes I know Ibu, ayah told me tadi waktu call Lita" Bangga sambil memeluk om Upik dari belakang.

Demikian hasil percakapan saya dengan Lita. Sesampai di Tabanan, Lita gak ingin tidur, dia gak sabar sangat ingin bertemu dengan saudara sepupunya: Wibi, Dyah dan Wulan. Tentu kami yakinkan bahwa hari masih pagi buta, jam 1, sebaiknya Lita tidur. Bisa diduga setelah itu dia pun menikmati alam Bali dengan leluasa. Bermain sepeda, berburu ikan, bermain dengan anjing dan masih banyak lagi. Tentu saja orang-orang di desa sangat terkaget-kaget melihat Lita datang sendiri ke Bali tanpa pengawalan. Pro dan kontra itu biasa, tapi keluarga bersepakat bahwa ini semua sudah kami pertimbangkan dengan baik.

Semoga Lita mengerti bahwa kami semua menyayangi Lita. Semoga kelak engkau tumbuh jadi anak yang tangguh dan baik hati. Love you so much.

Monday, August 13, 2012

Perjalanan Lita Jogja-Denpasar: part 1

Lita, do you think you can visit ninik in Bali by yourself? Ide ini sebenernya terdengar gila waktu pertama kali muncul. Saya iseng melontarkan pertanyaan itu sewaktu menjemputnya ke Jogja utk liburan sekolah ke Bali. Lita sendiri menjawab: "How could you Ibu, I'm a bit scared if I go there by myself". Saya pun tersenyum mengerti dan menciumnya dengan lembut.

Setelah Lita menikmati liburannya dengan puas seperti mencari ikan di sungai, bermain sepeda dan anjing, menjelang kepulangannya, saya pun iseng menawarkan pertanyaan itu lagi, 'Lita suka berlibur di Bali? Lita nanti libur lebaran mau ke Bali lagi?" Lita pun dengan semangat menjawab, "mauuuuu ibu". Saya pun semangat,"tapi ada syaratnya, karena ibu gak bisa ambil libur lagi untuk jemput mb Lita, kira-kira bisa gak mbak Lita ke Bali sendiri? Ibu sih yakin mb Lita bisa" Lita pun berpikir sejenak,"Hmmmm.... mauuuu tapi...."

Sayapun menjelaskan bahwa tidak sesulit yang Lita pikir. Nanti mbah Putri antar Lita di Bandara, trus di pesawat sama pramugari, dia akan mengantar sampai ketemu ibu yang sudah menunggu di airport menjemput lita. Dan Lita gak akan lama di pesawat, hanya 1 jam saja, Lita tinggal tidur saja, tau-tau sudah sampai. Lita pun akhirnya mengerti dan sepakat mau mencoba. Walaupun mudah membujuknya, tidak mudah menata kekhawatiran saya sendiri sebenarnya. Apakah saya melakukan hal benar? Saya teringat, dalam pesawat saya pernah duduk dengan seorang anak sekitar 9 th sendiri tanpa orang dewasa, nampaknya gak ada masalah. Sayapun berdiskusi dengan mertua, ibu saya dan tentu ayah Lita, untungnya mereka merestui. Sayapun bertanya ke teman-teman di kampus, menurut mereka itu juga biasa terjadi. Untuk lebih meyakinkan saya juga bertanya pada pihak Garuda dan ternyata bisa dan tidak masalah. Singkat kata, setelah beberapa kali menanyakan kesediaan Lita, saya pun membeli tiket PP untuk Lita.

Seperti biasa, saking semangatnya Lita mulai menghitung hari sejak H-11. Sejak itu setiap hari ayah dan saya menelpon mempersiapkan mentalnya. Pada akhirnya H-3 Lita pun penegaskan,"Don't worry ibu, I'll be fine". Sampai detik-detik keberangkatannyapun saya gencar menelpon, yang secara gak sadar menunjukkan kekhawatiran saya sendiri. Jangan lupa pake kaos kaki, apa warna pakaian Lita, jangan lupa berdoa sebelum berangkat, harus dengerin pramugari, bawa mainannya dan masih banyak lagi. Tim penjemputan, termasuk ninik yang sedang sakit, dari Tabanan pun berangkat ke airport lebih awal bahkan sebelum Lita berangkat ke airport di Jogja.

Saya sempat khawatir, pesawat terlambat mendarat dari perkiraan jam 11.35 menjadi 11.50. Selanjutnya untung tidak ada delay lagi. Sepuluh menit kemudian, saya melihat Lita digandeng 2 orang petugas bandara. Yang laki membawakan koper pink dan backpack Lita, sementara yang perempuan menggandeng Lita sambil mendengar celotehan Lita. Sampai akhirnya saya melambaikan tangan ke arah Lita di pintu keluar. Lita pun langsung menghambur berlari ke arah saya. Sayapun memeluk erat dan menciuminya sambil membisikkan, "I'm so proud of you darling". Kedua petugas itupun memaklumi saya dan mengatakan Lita sangat kooperatif. Setelah menandatangani dokumen serah terima, kamipun berjalan menuju parkir mobil. Penuh puja dan puji, saya, om upik dan niniknya menyanjung keberanian Lita. Sepanjang jalan saya memandangi Lita, sampai Lita bertanya, "Why do you look at me like that Ibu?" Saya pun terharu,"I can't believe that you are a big girl now."

We are all proud of you.... bersambung