Waktu memang berjalan sangat cepat. Tidak terasa, Lita sudah menjalani ulangan yang pertama kali di SDnya. Seperti yang saya dengar dari para orang tua di waktu-waktu sebelumnya, beban materi anak-anak SD zaman sekarang ternyata memang tidak bisa dianggap enteng. Saya yang mengikuti perkembangan Lita dari jauh bisa merasakan bahwa perlu perjuangan yang keras untuk bisa bertahan dan mengikuti pelajaran di SD.
Tanggal 22 Agustus 2011, Lita mendapatkan hasil ulangan beberapa mata pelajaran. Setelah mengamati jawaban Lita saya benar-benar terpana dan terkesima. Pertama karena lembar jawabannya sangat serius, menggunakan kertas resmi dan Lita harus menuliskan nama, tanggal, hari dan seterusnya. Kedua karena soalnya sangat beragam mulai dari pilihan ganda, menjawab singkat sampai dengan uraian. Ketiga karena nampaknya soalnya sangat rumit. Dalam salah satu lembar jawaban saya melihat sebuah jawaban Lita yang berbunyi "karena manusia memiliki akal dan fikiran". Tulisan itu begitu rapi dan berupa kalimat lengkap yang bermakna sangat dalam untuk ukuran anak yang belum berusia enam tahun. Keterpanaan saya yang keempat tentu saja karena nilai Lita, menurut saya, sangat bagus. Mungkin dia bukanlah yang terbaik di kelasnya, saya tidak tahu tetapi melihat pencapaiannya saya kini tidak terlalu pusing lagi soal ranking. Dengan kemampuan seperti itu, Lita sangatlah bagus. Jika pun ada temannya yang berada di atasnya, tentu saja itu karena temannya lebih pintar, bukan karena Lita yang kurang pintar. Nilai terendah Lita adalah untuk pelajaran IPS. Saya jadi ingat masa kecil karena saya juga memperoleh nilai terendah untuk pelajaran IPS. Bedanya, nilai saya waktu itu di bawah 80, sedangkan Lita mendapat 90.
Hasil yang baik ini tentu saja kombinasi dari kerja keras Lita dalam belajar, kesabaran Asti, ibunya, dalam mengajarkan dan konsistensi Mbahnya dalam melayani Lita setiap harinya. Saya tentu saja sebagai pendukung yang tidak terlalu banyak berperan. Kalaupun ada, bisa jadi itu tidak jauh-jauh dari peran saya dalam menyumbang 23 kromosom dalam tubuhnya.
Saat menulis ini, saya terantuk lagi pada ingatan lama bahwa orang tua memang mudah sekali terjebak untuk membanggakan anaknya. Maka inilah kami, orang tua yang biasa-biasa saja dan memiliki semua sifat yang umum dimiliki orang tua: suka membanggakan anaknya. Semoga pembaca tidak menangkap cerita ini sebagai sebuah kesombongan karena manusia memang sebaiknya tidak sombong. Mudah-mudahan pembaca bisa menangkap tujuan baik dari cerita ini dan saya yakin itu karena seperti kata Lita "manusia memiliki akal dan fikiran".