Saturday, February 26, 2011

Lita's first presentation in school

PRINCE REGNA AND PRINCESS LITA


(Music)
Parents: Once upon a time there were 7 princesses and 4 prince who lived in the castle. Their names were Princess Lita, Kayla, Via, Queena, Sekar, Abel, Laras, Eksa, Prince Regna, Rama, Paco and Winnie.
(Music)
Parents: One day, there were going to have a wedding party. Suddenly there was a big storm coming to the castle, but the storm wasn't real.
(Music)
Lita: Aaaaaaaa..... Aaaaaaaa
Parents: It was two giant dragons came to ruin the wedding party. Miss Henny and miss Venty were riding on the dragons. They attacked all of the people in the castle.
Lita: Aaaaaaa..... Aaaaaaaa
(Music)
Lita: Help.... Help
Parents: Prince Regna protected princess Lita with his sword from the dragons attack.
Lita: "I will protect you princess Lita"
Parents: meanwhile prince Paco climbed up to the top of the tree to fight with the other dragon. Prince Rama was worried about Paco. He asked Paco to get down.
Lita: "Prince Paco get down..... get down"
(Music)
Parents: the fire came out from the angry dragon's mouth. Why were they angry? It was because the princess and prince didn't invite the dragons to the wedding party. All of the princess were scared.
Lita: hiiiiiiiiii........ (scream)
(Music)
Parents: Princess Lita Suddenly had an idea and shouted out.
Lita: Stop guys..... we don't need to fight. Look miss henny and miss venty are so worried about us. How about if we ask the dragons to join our party?
Lita: "It's a good idea princess Lita" said Regna
Parents: All of the prince and princesses, miss henny, miss venty and the dragons were agreed with Lita
Lita: yeeeeeee..... (Happy)
Lita: Making friends is fun, Sharing is caring
Parents: Finally, they make friends and the party was safe. THE END

Itu adalah make up story yg dibuatnya 3 minggu lalu. Setelah diserahkan scriptnya ke guru, Lita berlatih dan membuat pupet utk karakter ceritanya di sekolah.

Comment ibu: Lita braves, loves to make stories, creative and happy :)

Wednesday, February 16, 2011

Berenang dengan Michael

Kami mengenal Michael di Australia sejak 2003. Dia adalah sahabat yang sangat baik buat kami. Jika dia membantu, bantuannya akan total untuk kami. Saat ini Michael mendapat kesempatan liburan sambil sekolah di Jogja. Diapun mengundang kami ke hotelnya tempat dia tinggal untuk berenang. Lita sangat menikmati tentu saja karena Michael juga menyediakan chips kesukaannya.
Thanks for the host Michael....

Valentine day

Kata orang setiap hari adalah hari kasih sayang.... jadi 14 februari tidaklah begitu penting atau sama saja. Tapi bagi kami walau setiap hari kami saling menyayangi, tapi moment ini adalah saat yg penting mengungkapkannya dengan sesuatu yg sangat bermakna untuk diingat.

Kali ini jarak memisahkan ibu dan lita dengan ayah, namun ayah tak kehilangan ide untuk mengungkapkan cintanya pada kami. Malam valentine seorang laki2 tua mengendarai sepeda motor dengan hujan mengguyurnya mengantarkan seikat mawar merah untuk kami. Indah sekali. Love you forever.....
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yg tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu.....

Tuesday, February 15, 2011

Rule is rule...



Mungkin memang benar, setiap orang tua akan merasa anaknya istimewa. Ketika belum berkeluarga saya sering sekali mendengar orang tua membanggakan anaknya, meskipun ketika itu saya sama sekali tidak bisa melihat keistimewaan yang diceritakan. Hal-hal sederhana yang dilakukan seorang anak kecil bisa sedemikian istimewa di mata orang tuanya, dan sudah cukup membuat orang tuanya bangga minta ampun. Kami menyadari, hal inilah yang rupanya terjadi pada kami ketika melihat perkembangan Lita. Bagi kami, banyak sekali hal istimewa yang ditunjukkan oleh Lita dan kami senang menceritakannya. Di satu sisi, jika ada kawan yang seperti halnya saya dulu ketika masih mudah tidak bisa melihat keistimewaan ini, saya juga memaklumninya.

Belakangan ini Lita gemar sekali membuat aturan di rumah. Hal ini sebenarnya diinspirasi oleh sekolahnya yang memang menerapkan banyak aturan. Entah dari mana dia meniru, Lita sering membuat aturan dilengkapi dengan gambar. Misalnya, suatu saat dia membuat aturan "no crying", "No shouting" dan "no toys from home". Peraturan itu ditempelnya di dinding rumah sehingga bisa dilihat semua orang. Yang menarik, dia cukup konsisten menjalankan aturan itu, terutama mengingatkan orang lain untuk tidak melanggarnya.

Suatu hari dia suka bermain belut yang didapat dari tetangga. Tentu saja ini tidak mendapat restu seratus persen dari mbahnya. Terang saja, bermain belut di ruang tamu bisa runyam urusannya. Selain itu, tidak semua orang bisa melihat belut dengan tenang tanpa merasa geli atau jijik. Melihat gelagat ini, Lita tidak habis akal. Diapun membuat aturan baru di rumah itu. Digambarnya sebuah situasi, seorang anak kecil bermain belut, seorang orang tua duduk di kursi dan ada seorang ibu-ibu marah di belakangnya. Kemarahan ini dintunjukkan dengan adanya garis-garis lurus keluar dari mulut ibu-ibu di gambarnya itu. Di bawahnya ditulis oleh Lita "Don't be mad to your kids" alias tidak boleh marah sama anak :))

Tanpa beban, Lita mulai bermain belut dan tentu saja dalam hitungan menit, Mbahnya sudah teriak "Lita....." Belum lagi mbahnya menyelesaikan kalimatnya yang sepertinya akan marah, Lita berkata "Mbah, coba baca di sana!" Bagi Lita, rule is rule.

Saturday, February 12, 2011

Reporter Cilik



Hobi ngobrol dan bercerita rupanya mengalir deras dalam silsilah keluarga kami. Tanpa mengatakan baik atau buruk, sebagian besar orang di keluarga kami suka ngobrol dan bercerita. Keluarga di Bali maupun di Jogja, keduanya suka ngobrol dan berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Hal ini mungkin juga terwariskan pada Lita. Sejak 2 tahun terakhir, bakatnya untuk bercerita dan menjelaskan sesuatu secara verbal cukup menonjol. Melihat ini, saya sering mendokumentasikan aktivitas Lita dalam menjelaskan sesuatu.

Meskipun jauh dari profesional, Lita nampak menikmati berbicara di depan kamera dan tidak canggung ketika harus berimprovisasi. Ini tentu saja menyenangkan karena Lita nampak lucu sebagai presenter cilik. Banyak kawan yang menganjurkan agar bakat Lita ini diarahkan secara profesional. Kami masih menjajagi dan menimbang-nimbang. Meskipun tidak harus menjadi penyiar profesional tentu saja Lita akan diuntungkan oleh kemampuannya untuk menjelaskan sesuatu dengan baik dan tertata. Dalam kehidupannya kelak, kami yakin Lita akan berurusan dengan segala macam presentasi dan meyakinkan orang tentang gagasan-gagasannya. Semoga bakat yang mulai nampak ini akan berkembang semakin baik.

Friday, February 11, 2011

Cinta, Anugerah Terindah

Tiada kata yg bisa kuucap ketika aku tau dalam rahimku sedang tumbuh dirimu. Bahagia luar biasa kurasakan, walaupun saat ini perjuangan itu sedang dimulai. Aku berpikir dirimu akan selalu mendampingiku dalam setiap langkahku. Semua bergembira, terutama ayah dan Lita. Lita sudah megidamkan kehadiranmu sejak 2 th yang lalu. Dia pun sudah berjanji lima hal padaku, Lita akan: understanding, listening, helping, taking care and learning. Setiap pulang kerjapun Lita selalu menanyakan kabar adeknya, mencium dan memeluk. Kebahagiannya benar-benar kurasakan sangat dalam.

Namun demikian kehendak Tuhan berkata lain. Ketika aku di Jakarta, aku mengalami perdarahan tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Jantungku terasa akan lepas ketika kulihat darah itu. Menangis, kesedihan yang mendalam kurasakan. Doa tak henti-hentinya kuucapkan, perasaan bersalah karena tak bias menjagamu dengan baik berkecamuk dalam pikiranku. Segera dilarikan tubuhku yg gemetar ini ke rumah sakit hermina bekasi. Segera dilakukan USG Transvaginal, dengan hasil yg amat mengejutkan. Ditemukan kista yg cukup besar di ovarium kananku. Sungguh aku tak menyangka. Walau begitu masih sempat aku melihat denyut jantungmu disana. Kakau begitu bedrest total kita usahakan untuk dipertahankan. Begitu besar support yg kuterima dari ayah, my best man in the world. Ayah segera terbang untuk mendampingiku disaat-saat sulit ini. Cinta kami rasanya sedang diuji oleh Tuhan. Rasanya semua orang sudah mendoakanku, namun kehendak Tuhan berkata lain. Setelah 3 hari perdarahan masih juga berlangsung, akupun di USG ulang hingga 2 kali dengan alat berbeda dengan hasil janin sudah terabsorbsi sehingga dinyatakan janin tidak ada. Lemas lunglai tubuhku, rasanya aku sudah pasrah namun masih juga perasaan kehilangan ini sangat kuat. Airmataku pun tak henti-hentinya berlinang. Akhirnya dilakukan kuretase untuk membersihkan kantong janin. Entah apa yg kualami selama bius mempengaruhi, ketika aku terbangun terasa aku punya semangat dan kekuatan baru dalam tubuhku. Demi anakku yg hilang ini aku berjanji akan melanjutkan perjuanganku ini. Itu janjiku, mudah-mudahan hikmah dari kejadian ini membuatku lebih kuat dan lebih bersabar, Tuhan.

Renungan untuk hari kasih sayang.....

Saturday, February 05, 2011

Hobi baru Lita

Sudah seminggu ini Lita rajin maen ke rumah tetangga di ujung gang. Ini karena disana ada kandang ayam dam gunea pigs. Setiap sore Lita membantu kasih makan dan menangkap ayam2 itu utk dimasukkan dalam kandang. Lita juga paling rajin nungguin ayam bertelur, pas ada telurnya teriak histeris dia. Sejarahnya berawal dari mbah putri yang membelikan 2 ekor ayam kecil berwarna pink. Bukannya ditaruh dikandang, setiap hari lita minta anak ayam itu ikut sekolah, bukan hanya itu, Lita juga minta tidur ama anak ayam itu. Alhasil, mbah putri memutuskan utk menitipkannya di rumah tetangga yg punya ayam banyak..... I will become a vet ibu... Love you Lita

Wednesday, February 02, 2011

Gong Xi Fa Cai 2011

Lita ikut memeriahkan perayaan Tahun Baru Imlek dengan mengenakan baju merah ke sekolah. Lita juga belajar bahasa, lagu dan huruf Mandarin.

Tuesday, February 01, 2011

Eropa 2010




Di penghujung 2010, saya dan Asti sempat menjelajah Eropa untuk keperluan konferensi dan short course. Silakan lihat ceritanya di blog saya: Eropa 2010.

Saturday, January 15, 2011

Happy new year 2011

Memasuki awal tahun 2011 ini ibu, ayah dan Lita seperti memasuki lembaran hidup yang baru setelah selama 4 bulan terakhir kami mendapat berbagai cobaan yang cukup berat. Setelah pulang ke Jogja, bulan september ibu positif hamil, namun seminggu kemudian ibu keguguran sehingga harus dikuret. Pada saat yg bersamaan ibu pun terdeteksi ada kista ovarii kanan yg harus diambil karena ukurannya sudah 6 cm. Saat ibu dan ayah ada di Eropa menunaikan tugas, Lita bersama mbah dan kakung di Jogja mengalami merapi meletus sehingga harus mengungsi ke Bali. Sepulang dari eropa, ibu harus menjalani operasi pengangkatan kista di jogja. Kurang dari 2 minggu setelah operasi, lita masuk RS karena Typus. Saat inilah cobaan terberat kami karena setelah 2 hari bebas panas kembali lita mengalami panas tinggi yg tidak pernah turun sampai 3 hari. Berbagai pemeriksaan dilakukan, TORCH, kultur darah, USG abdomen, abdomen 3 posisi, dll. Lita diduga sepsis karena angka lekositnya tinggi, juga diduga perforasi usus komplikasi dari typus. Namun tak ditemukan pula penyebabnya. Yang menyedihkan adalah ketika melihat lita yg begitu ceria harus mengalami ganti infus tiga kali karena ada plebitis dan bengkak di jari2nya. Airmata ibu rasanya sampai kering kehabisan waktu itu. Pasrah kepadaNya, mohon pengampunan dan memohon yg terbaik utk kami.

Setelah 3 hari panas tidak turun2 39-42 derajat, ninik datang dari bali membawa "obat" tirta. Ninik saat itu menangis yg membuat kami pun menangis melihat kondisi Lita, wajahnya bengkak, mulut sariawan, sekitar mata lebam karena panas tinggu dan teriakan kesakitan seluruh badan dan perutnya. Saat itu kebetulah Lita menangis kesakitan karena ganti jarum infus setelah jari dan tangannya bengkak. Sampai lita dengan sura rintihnya bertanya: Why everybody is crying?. "it's because you are crying too Lita... if you are strong we will be strong too... so be strong honey".... Percaya atau tidak, setelah minum air tirta itu, panas lita langsung turun dan keesokannya sudah normal. Pengobatan secara medis dan spiritual telah kami jalani.... yang pasti lita berangsur sehat. Yang pasti banyak doa dan janji ibu untuk Lita. We Love you Lita.

Awal tahun 2011 ini, banyak pengharapan yg mudah2an bisa terwujud. Tentu harapan harus dengan usaha keras. Ayah melanjutkan tugasnya sekolah di Australia, ibu bisa melanjutkan sekolah juga dan mendidik lita sebaik mungkin. Tentu harapan harus diwujudkan dengan usaha keras. Semoga pilihan ini adalah yg terbaik utk kami. OM AVGHNAM ASTU

Monday, November 15, 2010

Lita dan Dinda

Mengungsi ke Bali adalah opsi terbaik menghadapi bencana merapi meletus. Satu minggu lebih Lita berada di Bali dan kebetulan Lita bisa merayakan otonan disana. Lita pun menjadi lebih akrab dengan teman2nya termasuk sepupunya Dinda. Lita bahkan menginap semalam di rumah Dinda. Dinda adalah anak dari pak Kades yg adalahsepupu ayah. Dulupun ayah bersahabat dekat dengan pak Kades seperti Lita dan Dinda saat ini. Semoga tali persaudaraan kita terus terpelihara.

Friday, October 15, 2010

Sebuah cerita dari Eropa

Jogja-Jakarta
Untuk pertama kalinya aku ke eropa. Melangkah menuju airport Jogja rasanya sangat berat, bukan karena Eeropa yg harus ditempuh 17.5 jam dari jogja, tapi karena harus kutinggalkan gadis kecilku di Jogja. Hanya dia kekuatanku satu-satunya utk berani melangkah. Never stop learning, itu yg selalu kutekankan padanya dan pada diriku. Jogja-Jakarta terasa sangat lama karena memang keberangkatan pesawatku delay 1 jam. Garuda punya reputasi yg baik sebenarnya tapi entahlah kenapa kali ini lain.

Ada ibu setengah baya duduk disebelahku. Gayanya sih orang berada yg biasa terbang, tapi pertanyaannya padaku meruntuhkan persepsiku. Mbak, kalau tiket ini ada nomer tempat duduknya gak? Kusebutkan nomer tempat duduk yg tertera di boarding pass itu. Saya biasanya bawa mobil sendiri mbak dari Medan-Jogja, tapi karena meetingnya buru2 jadi tumben naik pesawat nih. Diapun, dengan usia yang sudah cukup matang, baru pertama kali naik pesawat ke Medan. Akupun baru pertama kali naik pesawat ke Eropa. Kami mempunyai kesamaan rupanya.

Jakarta-Kuala Lumpur
Walaupun kedatangan pesawat dari jogja terlambat untung aku masih punya waktu utk check in di keberangkatan international. Hanya satu kekhawatiranku, mudah2an fiskal bias lolos. Ada cerita di balik fiscal ini. Sehari sebelum keberangkatanku, aku chatting dengan suamiku. Aku tanya ”eh Yah habis check-in terus ke mana?” Ayah menjawab ”Oh check fiscal dulu baru masuk gate.” Hahhh? Fiscal? Aku lupa belum urus NPWP. Konon jika punya NPWP aku akan terbebas membayar fiscal sebesar 2,5 jt. Aku gak mau itu terjadi. Akhirnya aku registrasi online dan keesokan harinya ke kantor pajak utk mengambil kartu. Singkat cerita hari itu juga jadi. Lega rasanya, terbayang uang 2,5 jt tidak jadi melayang. Tapi begitu kartu itu ditanganku dan ngobrol lebih jauh tentang rencana keberangkatanku besok ke Swiss, tiba2 petugas itu menjelaskan bahwa kartu baru terdaftar tapi baru ada di system 3 hari lagi. Jadi aku tetep harus bayar fiscal. Hahhhh….. luluh lantak harapanku, uang itu akan melayang juga. Lunglai… diatas motor badanku gontai ternyata sia-sia usahaku….



Cerita dari Sasi, teman dekatku agak menenangkanku, ternyata jika punya visa luar negeri (negara mana saja) yang masih berlaku dan bukti pernah melapor di perwakilan Indonesia di negara tersebut ada dipaspor yg artinya saat itu sedang berstatus tinggal di luar negeri tidak akan ditarik fiscal. Aku punya visa Australia yang masih aktif, mudah2an ini bisa jadi jalan keluar. Pak Yodipun menenangkanku, “ya innocent aja, kalaupun bayar nanti diganti Tropmed.” katanya Wah melegakan semua. Dalam antrian check in aku ngobrol dengan seorang bapak dari Malaysia yg berdiri didepanku, dengan logatnya yg membuatku rindu dengan sahabat-sahabat Malaysiaku di Australia. Dia seorang bisnisman yg dalam setahun 2-3 kali ke Jakarta. Prospek ekonomi di Indonesia dinilainya maju pesat. Yang aku terkesan ketika tiba saatnya dia maju ke counter, dia beri kesempatannya padaku, akupun tak mau, tapi dia meyakinkanku bahwa aku harus menerima tawarannya. How gentleman bapak ini. Terimakasih Pakcik…..



Di meja fiscal itu… kuserahkan pasporku…. Wah hari ini lumayan ramai ya pak…. Kataku…. Itu saran suamiku utk membuka pembicaraan denga petugas fiscal supaya terkesan kita sudah terbiasa datang dan pergi ke luar negeri. Saran yg cukup tidak masuk akal sebenernya untuk meloloskanku dari fiscal. Tapi it did work. Tapi itu bukan karena pertanyaanku itu mengandung magic, tapi memang dia melihat status visa Australiaku dan bukti lapor konjen di halaman belakang. Hahhhh lega rasanya.



KLM 810 adalah Dutch Airways yg akan menerbangkanku menuju Amsterdam dengan transit di Kuala Lumpur. Untung tidak ada delay, bahkan tepat waktu. Sebelum take off tak lupa aku kirim sms bb_unreg kirim ke 333 utk menonaktifkan fasilitas bb dan internet yg konon amat sangat mahal jika dipakai di luar negeri. No 25E adalah kursiku…. Aha aku duduk di tengah diapit seorang bule dan seorang Malaysia. Bule artinya aku tak tau darimana yg pasti kulit putih. Singkat kata kami ngobrol. Dia seorang Italian, bisnisman…. Mumpung dia seorang European akupun gunakan kesempatan tanya banyak hal tentang Swiss, Bahas Perancis, cuaca, dll. Diapun banyak bertanya tentang Indonesia terutama tentang penyakit malaria, mudah-mudahan dia tidak menguji ilmu kedokteranku, tapi memang dia ingin tahu. Bukan karena dia ganteng saja, aku menjadi akrab dengannya, tapi aku mau uji coba kemampuan Bahasa Inggrisku dengan orang Eropa. Ternyata memang beda ketika bicara dengan seorang Australia yg penuh dgn slang. Aku sangat mudah mendengar setiap kata yg dia ucap. Singkat kata, aku tahu bahwa namanya STEPHANO LAUSANO… Sebuah kebetulan, aku akan menuju kota Lausanne seperti nama belakang laki-laki itu.



Kuala Lumpur - Amsterdam
Tidak banyak kali ini aku berinteraksi dengan penumpang di sebelahku. Bukan karena dia wanita aku gak selera ngobrol dengannya tapi mata ini tidak mau kompromi utk menutup karena perjalan kali ini dari jam 9 malam hingga 6 pagi. Mataku hanya terbuka sesaat ketika pramugara yg ganteng-ganteng itu membawakan makan malam atau snack atau minuman kepadaku. Selanjutnya tidur. Rencanaku untuk membaca journal itu atau menonton movie aku urungkan. Tidur sepertinya solusinya.



Amsterdam - Geneva
Amsterdam, Negeri Kincir Angin itu terlihat masih tenggelam dalam kegelapan ketika pesawatku mendarat tepat puku 6.10 pagi. Kali ini aku harus pindah pesawat KLM 1925. Kudekati mesin check in di pintu keluar. Lalu kuikuti langkah penumpang lainnya menuju gate C13. Antrian itu sangat panjang sebelum bertemu dengan orang imigrasi Belanda. Sekitar 1 menit mengantri berdiri dan mengantuk akhirnya lewat juga dan langsung masuk pesawat. Pesawat ini jauh lebih kecil dari sebelumnya. Penumpangnya pun tak banyak, kenapa ya? Padahal weekend biasanya org suka jalan-jalan. Jawabannya nanti.



Seorang ibu datang menghampiriku, pasti dia akan duduk disebelahku pikirku. Benar, ibu itu duduk dekat jendela. Pertanyaan cuaca rasanya topik yg tepat utk membuka sebuah percakapan dengan orang barat. Jangan pernah Tanya usia, status pernikahan dan jumlah anak. Cara ini pun berhasil. Ibu ini datang ke Geneva utk menghadiri pemakaman kakaknya, yg jg seorang dokter. Beliau meninggal karena serangan jantung yg kedua. Ibu ini, yg tak lama kemudian aku tau namanya Narges Savary, sangat menyayangkan kakaknya yg ahli jantung akhirnya harus meninggal karena penyakit jantung. Ini karena dokter terlalu sibuk mengurusi kesehatan orang lain sementara tidak sempat mengurusi kesehatannya sendiri. Tapi kan dokter juga manusia, dia bisa sakit, bisa sedih, bisa capek, bisa marah…. Yang pasti dia sangat bersedih. Topikpun berkembang dan menuju ke arah keluarga. Dia serang Iranian, bersuamikan Palestina, dengan anak kandung 5 orang yg semuanya sudah dewasa dan hidup sendiri. Saat ini dia punya 4 orang anak lagi dirumahnya… tentu saja bukan karena dia melahirkan anak lagi, tapi mereka adalah anak adopsi. Sungguh mulia hati ibu ini sampai mengadopsi 4 anak orang tak mampu dari palestina. Diapun menawarkan rumahnya utk dikunjungi jika mampir ke Amsterdam. Tambah satu temanku, kamipun bertukar kartu nama. NARGES SAVARY



Geneva - Lausanne
Sampai di Geneva kuambil bagasiku yg hanya satu koper kecil supaya bebas pergerakanku, aku langsung menuju pintu keluar. Tak ada custom yg ketat seperti waktu di Amsterdam ataupun Australia. Entah kenapa, mungkin karena dianggap penerbangan Uni Eropa ya…. Mataku mencari petunjuk menuju Geneva Airport station. Dalam perjalanan kubertemu seorang bapak yg nampaknya juga punya arah tujuan yang sama. Dia ternyata orang new York yang sering datang ke Geneva utk bisnis. Tiket (Billets) intercity dengan nama kereta SBB (entah apa kepanjanjangannya) menuju Lausanne seharga 25 CHF, ini transaksi pertamaku dengan mata uang CHF. Tinggal dikalikan 9250 saja akan menjadi rupiah. Atau kita kalikan seribu aja biar terasa murah, no big deal lah…. Perjalanan memakan waktu 45 menit. Aku duduk di lantai atas, dekat restoran, tapi tidak di dalam restoran. Bon apettite… tulisan dipintu masuknya. Jadi ingat 4 kata yg aku pelajari sehari sebelum berangkat: bonjour, bonjoir, merci, bon apetite. Kali ini nambah billets. Ternyata belajar bahasa orang menyenangkan juga, terutama kalau dalam situasi kepepet. Kereta itu berhenti di Lausanne sebelum melanjutkan perjalanan menuju Zurich.



Lausanne airport - CHUV
Turun dari kereta, kuperlambat langkah kakiku sampil mencari kata-kata exit atau petunjuk menuju metro. Menurut catatanku aku harus naik metro M2 menuju Croissetes berhenti di CHUV. Aku baru tersadar, tak ada satupun tanda dalam Bahasa Inggris…. Semua dalam bahasa yg aku tak paham, French. Sortie… aku menduga, pasti ini keluar artinya. Ramai… namaya juga stasiun ya. Mataku mencari tanda ”i” atau informasi… yg pasti tahu Bahasa Inggris utk aku tanya. Di seberang ada tulisan metro, tapi gak yakin itu subway ato nama toko. Putus asa, akhirnya aku bertanya pada 2 laki-laki yg kuanggap nampak intelek dengan harapan bisa Bahasa Inggris… jawabannya: metro… bla bla bla…. in French… kecewa hatiku, sambil ngedumel ganteng2 kok gak bisa Bahasa Inggris :) Langkahku gontai menuju keluar gedung itu, dan akupun menemukan information disana. Setelah antri lama, petugaspun meyakinkanku bahwa subway metro memang di seberang jalan itu. Akupun jalan menuju ke sana. Sekarang beli tiket dulu… hanya ada mesin. Untung ada opsi English disana… 2,8 CHF… keretapun datang 2 menit kemudian dan mengantarku ke CHUV. CHUV adalah hospital of Lausanne. Tepat sekali, setelah 2 kali stop, aku pun sampai CHUV. Kulihat gedung besar itu, hospital batiment, yg artinya gedung rumah sakit. Kubuka catatanku: jalan 3 menit naik ketemu MC restoran dan ke kanan. Entah memang aku sudah lelah dengan perjalanan yg memakan waktu 15 jam lebih dengan perbedaan waktu 5 jam sehingga aku kena jetlag, tapi jalan naik bukit 3 menit itu terasa naik gunung Himalaya. Nafasku terputus2 sambil mata mencari alamat gedung tempat tinggalku. De Shalaz 10 – 14.



De shalaz 10, 243
Kubuka lagi catatanku: cari gedung 10 lantai bawah utk mengambil kunci kamar. Kuketuk pintunya, kupencet belnya, sampai kugedor pintu itu, tak ada yg jawab… artinya tak ada orang. Rasa lelah ini membuatku sedikit mudah panik. Apalah jadinya perjalanan yg terasa lancar ini kacau karena aku harus tidur di luar akibat tak ada kunci. Kucari orang sekitar utk bisa kutanya. Seorang gadis di belakang gedung sedang konsentrasi memotret kupu2 dengan camera nikonnya. Akupun memberanikan diri mengganggu lamunannya. Menurutnya tak pernah ada petugas saat weekend. Dia sendiri adalah penghuni gedung yg sama denganku. Lalu apa yg hrs kulakukan? Aku coba cari peserta lain yg mgkn sudah datang. Ternyata aku orang pertama yg datang. Jadi tak ada pilihan lain selain menelpon security dengan HPku yg terisi 500 rb. 5 menit bicara rasanya lama terutama karena pulsaku dalam sekejab habis setengahnya. Tapi aku tak ada pilihan lain. Jawabannya, aku harus kembali ke gedung RS itu utk ambil kunci kamar. Membayangkan perjuangan naik bukit lagi membuatku sedikit emosi. Emosi karena informasi yg diberikan panitia salah. Di gedung yg sama aku bertemu partisipan lain dari India, BISWANATH BASHU. Kamipun meninggalkan koper disana dan menuju ke CHUV. Sebuah amplop diberikan dengan tulisan nama dan no kamar. Name: Mr. Palupi… wahhhh aku dikira mister…. :) Dalam perjalanan kembali, aku bertemu kawan lain dari Vietnam NGUYEN KIM CHONG. Satu persatu aku bertemu dengan kawan2 lain: DORCAS YEBOAH dari Ghana, CHAMILA ADHIKARAM dari Srilangka, juga KAMAL RAJ dari Nepal.



[bersambung] …

Saturday, October 09, 2010

Kinderstation preschool


Lita saat ini bersekolah di Kinderstation preschool yang tempatnya tidak jauh dari rumah. Hari pertamanya sekolah Lita sangat bersemangat. Tas baru, sepatu baru, seragam baru, guru dan teman baru.

foto lita hari pertama sekolah dan bersama teman barunya
membuat pig's house made of sticks

Terimakasih untuk mbah dan kakung yang sudah membantu mengasuh Lita dan antar jemput lita sekolah. Wish Lita will never stop learning....

Wednesday, September 01, 2010

Lita and Ibu di Jogja

Setelah 2 th kami bersama di Wollongong, akhirnya kami pulang ke Indonesia. Kali ini tidah dengan ayah karena ayah masih harus menyelesaikan studinya sampai tahun depan. Kepulangan ibu dan Lita kali ini for good, tidak kembali ke sana. Ibu mendapat kesempatan untuk belajar lagi. Singkat cerita, kami sudah seminggu di tanah air. 4 Hari kami di Bali dan 4 hari kami sudah di Jogja. Berikut foto2 pertama yg sempat ibu ambil dari moile ibu.

Lita with playschool komputer

Always Happy
Lita loves ninik
Hari ini adalah hari pertama ibu menginjak kaki pertama di kampus. Perasaan bercampur aduk melihat keramaian kampus dan kemegahannya. Memasuki FK UGM membuat jantung ibu berdegub kencang. Entah apa yg menyebabkannya, tapi yg pasti membuat ibu berdoa semoga hari ini lancar.
Gedung Lab Mikro terletak disamping masjid. Nampak gedung tua itu masih berdiki kokoh, namun bangunan disebelahnya sedang dalam pembangunan. Dalam hati ibu menduga, mungkin dibangun lab baru. Menaiki tangga menuju ruang dosen kemudian sedikit ragu karena nampak sepi sekali. Ibu mengeluarkan HP dan mencoba sms, karena ibu sudah datang tepat waktu. Setelah menunggu 15 menit tak ada jawaban, ibupun memberanikan diri masuk pintu bertanda "biohazard" dan menelusuri koridor sedikit gelap itu. Ruang satu-satunya yg ada penghuninya aku datangi. Ibu bertemu dengan Ibu Sunyi.... untungnya langsung dia ingat siapa ibu, mengingat dulu sewaktu ibu masih kuliah sempat menjadi asisten disana dan juga mengerjakan skripsi di Lab tua itu. Kamipun segera akrab dan kebetulan sekali Bu Sunyi inilah yg bekerja bersama Ibu Ning (calon supervisor). Singkat cerita ibu mendapat bahan-bahan bacaan dan sedikit penjelasan tentang penelitian yg sedang dilakukan. Ibu sempat juga bertemu pembimbing skripsi ibu, Bu Hera disana. 3 jam kemudian ibu Ning datang dan kamipun berdiskusi. Ternyata Lab yg sedang dibangun adalah Lab khusus TB. UGM telah ditunjuk sebagai pusat TB Lab di Indonesia oleh KNCV dan NTP. Ke depannya diharapkan akan berkembang dengan penelitian yg baru.
Ibu beruntung sekali sudah bisa langsung mengamati kegiatan pembuatan media, proses dekontaminasi dan inoculasi sputum sampai pada proses inkubasi. Ibu merasa happy karena mendapat ilmu baru dan teman yg bisa diajak bekerjasama degan baik. Thanks God.

Friday, May 07, 2010

Stretching Dinosaurus

Daya imajinasi Lita melambung tinggi menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Walaupun potongan kertas bertebaran dimana-mana, sticky-tape menempel dimana-mana, Lita membuat imaginasinya nyata.

Stretching Dinosaurus dibuatnya dari kertas yang dipotong memanjang utk bagian lehernya, dilipat-lipat sehingga memendek. Ditempelnya diatas kertas dengan gambar sebuah pohon dengan daun dilengkapi dengan akarnya yang menancap di dalam tanah. Ditariknya leher Dino mencapai daun2 diatas pohon. Begitulah cara Dino makan daun. Litapun menjelaskan fungsi akar supaya pohon tidak bisa dicabut :) Ditambahkannya potongan kertas kecil dengan ditambahkan asesoris kaki, mata dan mulut, yang ternyata seekor semut. Nampaklah dalam imajinasi Lita seekor Dinosaurus yg besar dan seekor semut yang kecil. Bravo Lita sayang, tetaplah berkarya.

Monday, May 03, 2010

Lita belajar Berenang

Sebenarnya Lita sudah akrab dengan kolam renang sejak dulu. Lita pertama kali dicemplungkan (dan dengan sengaja dibiarkan tenggelam sesaat) pertama kali ketika Lita berumur 4 bulan. Sejak itu, Lita sering diajak berenang, baik ketika di Indonesia maupun setelah kembali ke Australia. Meski begitu, Lita baru belajar berenang secara resmi sejak 1 Mei 2010. Lita didaftarkan sekolah renang di Beaton Park, tidak jauh dari rumah.

Lita memang tidak pernah takut air sejak dulu. Oleh karena itu, gurunya tidak mengalami kesulitan mengajak Lita masuk ke kolam. Sally, demikian nama gurunya, bahkan terheran-heran karena Lita langsung menikmati, tidak takut sedikitpun. Berikut ini gambar latihan renang Lita yang pertama.


Monday, April 19, 2010

Lembaran baru 2010

Pembaca mungkin sudah banyak yang melupakan kami. Mereka yang dulu cukup rajin mampir ke rumah ini, mungkin sudah tidak pernah datang lagi karena selalu kecewa mendapati rumah kami yang tak terurus, tidak pernah disapu dan berdebu. Singkat kata, terabaikan.

Begitulah suka duka memelihara rumah maya seperti ini. Karena alasan yang kadang tidak masuk akal, rumah bisa terabaikan hampir enam bulan lamanya. Kami menyadari telah gagal menjaga energi untuk selalu merawat rumah yang sudah berumur lebih dari lima tahun ini. Di suatu masa dulu, rumah kecil ini jadi persinggahan banyak sahabat yang ingin mengetahui cerita sederhana kami sebagai keluarga. Entah apa pasalnya, kami teledor untuk menjaga energi. Kepada mereka yang kecewa, maafkan kami.

Ada beberapa hal sesungguhnya bisa menjadi alasan mengapa rumah ini berantakan tidak terawat. Kegemaran keluarga dengan Facebook adalah satu yang bisa 'dipersalahkan' jika harus ada yang dipersalahkan. Dalam waktu yang tidak terlalu banyak tersedia, saya dan Asti lebih sering terjebak dalam kenikmatan berbagi secara interaktif di Facebook. Kemampuan menulis hanya terbatas pada mengganti status saja. Sebenarnya itu sangat mengenaskan, tanpa mengatakan Facebook itu buruk. Facebook juga terbukti telah mempu menjaga ikatan persahabatan. Meski demikian, menulis di blog seperti ini tetap menjadi hal yang penting dan menjangkau kalangan yang juga berbeda.

Meski telah teledor, orang katanya tidak boleh terlalu lama menyesali tanpa berbuat apa-apa. Kami akan coba bangkitkan kebiasaan berbagi di rumah ini. Meskipun mungkin bukan untuk sesuatu yang istimewa bagi pembaca tetapi setidaknya menjadi catatan sejarah keluarga kami yang entah kapan mungkin akan berguna. Kami akan mulai lembaran baru keluarga kami di tahun 2010.

Tuesday, April 06, 2010

Easter show - Fox Studio, 2010


Mulanya kami berencana pergi ke Sydney Olympic Park untuk menyaksikan Easter Show, namun harus kami urungkan niat karena alasan transportasi, waktu dan finansial. Ternyata utk kesana lebih dari $200 bisa habis utk tiket masuk, pertunjukan dan oleh-oleh.

Namun tak perlu kecewa karena kami tetap pergi ke Easter Show yang gratis untuk tiket masuknya di Fox Studio, Sydney. Permainan dan shownya lebih sedikit tapi Lita tetap bisa menikmatinya.
Naik Unta bersama Ugek, putri bungsu mb Dyah....
I wish I have a camel pet :)
Still,Puppy is my favourite
With Pony...
Jagung manis harga $4...
Antri naik komedi putar

Sunday, November 15, 2009

Setelah 12 th bersama

Cinta itu tumbuh sejak ditanamkan 15 Nov 1997 di Mandara Giri. Ibarat sebuah pohon cemara, semakin tua usianya semakin besar dan kokoh cinta kami. Walau kadang ada angin kencang berusaha merobohkannya, sampai saat ini cinta itu tetap tumbuh. Malah kuncup bunga itu, Lita, sudah mekar indah memperkuat keelokkan pohon cinta. Semoga Tuhan selalu memberikan taburan kasihNya, sehingga pohon cinta itu tetap indah. 12 Tahun Bersama, I LOVE U AYAH

Wednesday, October 21, 2009

Lita's new project "bubble maker machine"

Orang bilang, imajinasi bisa melampaui segalanya. Banyak hal-hal besar yang tercipta karena satu atau dua orang manusia memiliki imajinasi yang aneh atau berlebihan dan seringkali tidak lumrah bagi orang sekitarnya di jamannya. Soal imajinasi, Lita menunjukkan gelagat yang cukup baik. Dia berimajinasi sangat 'liar' dan seringkali tidak terpikirkan oleh kami, orang tuanya. Kalau soal anjing, imajinasinya luar biasa. Soal yang lain pun dia memiliki imajinasi yang tinggi. Berikut salah satunya. Lita menjelaskan proyeknya tentang mesin pembuat busa.