Dear Ibu, Lita dan pengunjung :)
Ini adalah sebuah cerita ringan tentang aktivitas sehari-hari di New York. Beberapa hari yang lalu ada acara makan siang bersama hampir seluruh karyawan DOALOS (Office of Legal Affairs) di sebuah restoran Italia di jalan 2nd Ave. tidak jauh dari kantor PBB (UN Plaza). Ini katanya adalah tradisi untuk menjaga suasana akrab sesama karyawan.
Layaknya makan di restoran barat, pilih sendiri dan bayar sendiri tentu saja. Menunya cukup 'aneh', bagi orang Bali yang biasa makan lawar. Demi sosialisasi, toh tidak ada salahnya dicoba. Seorang kawan berkebangsaan Italia bergurau, "you have to tell us the famous Indonesian Restaurant in Manhattan so we can go there someday". Singkat kata, makan siang waktu itu sangat berkesan. Semua orang menikmati dan semuanya lepas sejenak dari kesibukan kerja.
Cerita lain seputar hidup di sini adalah perihal aktivitas kantor. Berada di Gedung PBB memang sebuah priviledge. Setiap hari bergaul dengan orang dari berbagai negara dan mendengar isu yang dulunya hanya dibaca dari buku dan korang. Dua hari yang lalu sempat mengikuti sidang resolusi hukum laut bersama DOALOS dan delegasi beberapa negara. Sangat berkesan menyaksikan debat berkualitas para peserta sidang. "Yes, Canada." atau "Thank you China" begitu koordinator ketika mempersilahkan atau menanggapi argumentasi dari berbagai delegasi. Hukum yang mempengaruhi planet bumi memang sedang dibicarakan di ruangan ini, saya beruntung ada di dalamnya. Sayang sekali, sebagai fellow saya tidak memilki hak bicara karena tidak bisa mewakili Indonesia.
Untuk urusan makan, di daerah Queens ada banyak restoran China, terutama di daerah Broadway. Makanannya enak dan tidak mahal. Selain itu ada juga toko Asian Groceries tempat membeli bumbu dan bahan makanan Asia termasuk Indomie dari Indonesia. Semuanya mudah dan dengan harga yang masih terjangkau. Setidaknya terjangkau oleh seorang UN-Nippon Fellow :)
Yang agak mengganggu adalah tiap hari harus berpakaian kemeja dan berdasi kalau di kantor. Konsekuensinya, harus nyetrika baju setiap minggu. Ini yang sudah lama tidak dilakukan, mungkin sejak 3 tahun lalu. Di sini, mencuci dilakukan di laundri bersama menggunakan coin. Jadi teringat film 40 nights 40 days ketika Matt dan Erica bertemu pertama kali di Public Laundry. Tentu saja di sini tidak ada Erica walaupun Ayah juga seperti Matt sedang 'puasa' 40 hari 40 malam [bahkan lebih] he he he.
Layaknya orang udik yang tumben ke gedung PBB, aktivitas foto-masih saja berlangsung. Tidak tega rasanya melewatkan setiap sudut tempat dan kejadian di sini tanpa mengabadikannya. Setiap titik rasanya layak untuk dipotret dan semuanya indah. Sayang tidak sempat belajar motret yang baik sehingga hasilnya pun standar saja :(
Ini adalah sebuah cerita ringan tentang aktivitas sehari-hari di New York. Beberapa hari yang lalu ada acara makan siang bersama hampir seluruh karyawan DOALOS (Office of Legal Affairs) di sebuah restoran Italia di jalan 2nd Ave. tidak jauh dari kantor PBB (UN Plaza). Ini katanya adalah tradisi untuk menjaga suasana akrab sesama karyawan.
Layaknya makan di restoran barat, pilih sendiri dan bayar sendiri tentu saja. Menunya cukup 'aneh', bagi orang Bali yang biasa makan lawar. Demi sosialisasi, toh tidak ada salahnya dicoba. Seorang kawan berkebangsaan Italia bergurau, "you have to tell us the famous Indonesian Restaurant in Manhattan so we can go there someday". Singkat kata, makan siang waktu itu sangat berkesan. Semua orang menikmati dan semuanya lepas sejenak dari kesibukan kerja.
Cerita lain seputar hidup di sini adalah perihal aktivitas kantor. Berada di Gedung PBB memang sebuah priviledge. Setiap hari bergaul dengan orang dari berbagai negara dan mendengar isu yang dulunya hanya dibaca dari buku dan korang. Dua hari yang lalu sempat mengikuti sidang resolusi hukum laut bersama DOALOS dan delegasi beberapa negara. Sangat berkesan menyaksikan debat berkualitas para peserta sidang. "Yes, Canada." atau "Thank you China" begitu koordinator ketika mempersilahkan atau menanggapi argumentasi dari berbagai delegasi. Hukum yang mempengaruhi planet bumi memang sedang dibicarakan di ruangan ini, saya beruntung ada di dalamnya. Sayang sekali, sebagai fellow saya tidak memilki hak bicara karena tidak bisa mewakili Indonesia.
Untuk urusan makan, di daerah Queens ada banyak restoran China, terutama di daerah Broadway. Makanannya enak dan tidak mahal. Selain itu ada juga toko Asian Groceries tempat membeli bumbu dan bahan makanan Asia termasuk Indomie dari Indonesia. Semuanya mudah dan dengan harga yang masih terjangkau. Setidaknya terjangkau oleh seorang UN-Nippon Fellow :)
Yang agak mengganggu adalah tiap hari harus berpakaian kemeja dan berdasi kalau di kantor. Konsekuensinya, harus nyetrika baju setiap minggu. Ini yang sudah lama tidak dilakukan, mungkin sejak 3 tahun lalu. Di sini, mencuci dilakukan di laundri bersama menggunakan coin. Jadi teringat film 40 nights 40 days ketika Matt dan Erica bertemu pertama kali di Public Laundry. Tentu saja di sini tidak ada Erica walaupun Ayah juga seperti Matt sedang 'puasa' 40 hari 40 malam [bahkan lebih] he he he.
Layaknya orang udik yang tumben ke gedung PBB, aktivitas foto-masih saja berlangsung. Tidak tega rasanya melewatkan setiap sudut tempat dan kejadian di sini tanpa mengabadikannya. Setiap titik rasanya layak untuk dipotret dan semuanya indah. Sayang tidak sempat belajar motret yang baik sehingga hasilnya pun standar saja :(
No comments:
Post a Comment