Orang bilang, imajinasi bisa melampaui segalanya. Banyak hal-hal besar yang tercipta karena satu atau dua orang manusia memiliki imajinasi yang aneh atau berlebihan dan seringkali tidak lumrah bagi orang sekitarnya di jamannya. Soal imajinasi, Lita menunjukkan gelagat yang cukup baik. Dia berimajinasi sangat 'liar' dan seringkali tidak terpikirkan oleh kami, orang tuanya. Kalau soal anjing, imajinasinya luar biasa. Soal yang lain pun dia memiliki imajinasi yang tinggi. Berikut salah satunya. Lita menjelaskan proyeknya tentang mesin pembuat busa.
Rumah maya Keluarga Arsana
Rumah bagi Andi (aka: Madé) dan Asti (aka: Ketut) dan Lita untuk berbagi cerita dengan sahabat mereka.
Selamat datang!
Wednesday, October 21, 2009
Friday, October 16, 2009
Kehilangan
Usai menari untuk Indonesia Day di University of Wollongong dalam rangka charity untuk korban gempa, akupun baru sadar bokor tempat bungaku hilang.Langkah kakiku dan mataku menyusuri tiap sudut ruangan itu.... tak ada. Samar-samar masih kudengar suara mungil Lita di luar ruangan itu. Dia asik makan sosis dan bermain sendiri di koridor depan ruangn itu. Ternyata barang yg kucari di ruang itupun tak kunjung kutemukan. Bisa dimana saja pikirku, akhirnya dengan lunglai aku keluar dari ruang itu.
Sontak jantungku serasa berhenti, Lita tak ada ditempat semula.... Panik aku mencoba mencari. Kutanya satu persatu org disekitar. Merekapun tahu ada Lita tapi "I'm really sorry I'm too focused to my laptop". Jadi tak ada seorang pun dari sekian org di situ yang peduli pada Lita. Aku tak bisa menyalahkan mereka, ini semua salahku. Kucoba jalan yang tadi kulalui dengannya, kupanggil namanya, tak ada jawaban. Lita!!!! Lita!!!!! Kupandangi sekitarku... Banyak orang lalu lalang, tapi tak ada satupun anak kecil di situ. Panik mulai mempengaruhi akal sehatku. Pikiranku mulai tak karuan. Bagaimana klo Lita diculik, bagaimana klo Lita hilang, dia tak bawa ID card, dia pasti menangis bingung mencariku, dia.... dia.... dia....
Bagaimana hidupku tanpa dirinya. Air mataku pun mulau menetes, keringat dinginku mulai membasahi baju batikku. Saat itu aku tak ingin ke mana2, aku tak ingin waktu Lita kembali, aku tak ada. Kucoba telp ayah... hpnya mati, baru kuingat baterenya memang habis sejak tadi pagi. Kutelepon Bli Dodik, sahabat dekat kami. Diapun segera datang, menenangkanku yang mulai merengek seperti anak kecil. Ternyata bli Dodik sudah mengambil langkah menuju security room utk melaporkan kehilangan ini. "Tenang asti", katanya,....
Setelah kami mencoba sekali lagi mencarinya di sekitar, bli Dodik akhirnya mengajakku ke security room. Akupun tak bisa berpikir lagi. Dalam perjalanan kami bertemu sosok wanita berbadan besar dan tegap dengan berseragam. "Are you OK Ma'am?" dia bertanya. Aku pun segera nyerocos berbahasa Inggris yg udah tak kupikirkan lagi tata bahasanya. Diapun dengan tenang berkata: "Come with me Ma'am... she is safe with us". Sontak mataku melotot... kupeluk lengannya: "Really? Is she alright? Where did U find her? Bla bla bla.... "Relax Ma'am, let's go to the security room".
Kulihat dia dikelilingi lelaki berbadan tegap dan berseragam di sana. Mulut kecilnya tersenyum, dan tangan kecilnya sedang menulis :"Lita". Segera kuterikkan namanya: Lita!!!, airmataku pun berlinang tak tahu malu sambil kuangkat tubuh mungilnya. "She is fine Ma'am, she is trying to find us, and told us that she's lost. She is a good girl" Lelaki itu berusaha menenangkanku. Entah berapa kali aku bilang "Thank You very much" sambil kuciumi pipi putih Lita. Lita pun heran," Ibu, why are you crying?" tanyanya polos. Bli Dodikpun mengingatkanku utk lebih tenang. Terimakasih Bli Dodik atas bantuannya.
Pelajaran berharga kudapat saat itu... I Love U Lita
Sontak jantungku serasa berhenti, Lita tak ada ditempat semula.... Panik aku mencoba mencari. Kutanya satu persatu org disekitar. Merekapun tahu ada Lita tapi "I'm really sorry I'm too focused to my laptop". Jadi tak ada seorang pun dari sekian org di situ yang peduli pada Lita. Aku tak bisa menyalahkan mereka, ini semua salahku. Kucoba jalan yang tadi kulalui dengannya, kupanggil namanya, tak ada jawaban. Lita!!!! Lita!!!!! Kupandangi sekitarku... Banyak orang lalu lalang, tapi tak ada satupun anak kecil di situ. Panik mulai mempengaruhi akal sehatku. Pikiranku mulai tak karuan. Bagaimana klo Lita diculik, bagaimana klo Lita hilang, dia tak bawa ID card, dia pasti menangis bingung mencariku, dia.... dia.... dia....
Bagaimana hidupku tanpa dirinya. Air mataku pun mulau menetes, keringat dinginku mulai membasahi baju batikku. Saat itu aku tak ingin ke mana2, aku tak ingin waktu Lita kembali, aku tak ada. Kucoba telp ayah... hpnya mati, baru kuingat baterenya memang habis sejak tadi pagi. Kutelepon Bli Dodik, sahabat dekat kami. Diapun segera datang, menenangkanku yang mulai merengek seperti anak kecil. Ternyata bli Dodik sudah mengambil langkah menuju security room utk melaporkan kehilangan ini. "Tenang asti", katanya,....
Setelah kami mencoba sekali lagi mencarinya di sekitar, bli Dodik akhirnya mengajakku ke security room. Akupun tak bisa berpikir lagi. Dalam perjalanan kami bertemu sosok wanita berbadan besar dan tegap dengan berseragam. "Are you OK Ma'am?" dia bertanya. Aku pun segera nyerocos berbahasa Inggris yg udah tak kupikirkan lagi tata bahasanya. Diapun dengan tenang berkata: "Come with me Ma'am... she is safe with us". Sontak mataku melotot... kupeluk lengannya: "Really? Is she alright? Where did U find her? Bla bla bla.... "Relax Ma'am, let's go to the security room".
Kulihat dia dikelilingi lelaki berbadan tegap dan berseragam di sana. Mulut kecilnya tersenyum, dan tangan kecilnya sedang menulis :"Lita". Segera kuterikkan namanya: Lita!!!, airmataku pun berlinang tak tahu malu sambil kuangkat tubuh mungilnya. "She is fine Ma'am, she is trying to find us, and told us that she's lost. She is a good girl" Lelaki itu berusaha menenangkanku. Entah berapa kali aku bilang "Thank You very much" sambil kuciumi pipi putih Lita. Lita pun heran," Ibu, why are you crying?" tanyanya polos. Bli Dodikpun mengingatkanku utk lebih tenang. Terimakasih Bli Dodik atas bantuannya.
Pelajaran berharga kudapat saat itu... I Love U Lita
Tuesday, October 13, 2009
Jalan Panjang ke Paris
Jumat malam, 9 Oktober 2009
Singapura sudah gelap, yang nampak hanya cahaya lampu berpijar seperti jutaan kunang-kunang yang bertengger di gedung-gedung pencakar langit. Tak banyak yang bisa aku nikmati di Bandara Changi, meskipun luasnya memang hampir menyamai Desa Tegaljadi, tempat kelahiranku. Lanjutkan...
Saturday, October 10, 2009
Cacar air (chicken pox)
Bulan October 2009 sepertinya sudah ditentukan sebagai bulan cacar air buat keluarga kami.
Setelah ayah diserang pertama kali di awal bulan, giliran ibu dan lita di pertengahan bulan. Ibu yakin cobaan yang diberikan Tuhan ini membuat kita semakin kuat. Disaat ayah sakit, ayah pun harus menunda pengurusan visa ke Paris, dan disaat ibu sakit inipun, ayah harus berangkat ke Paris. Yang paling membuat ibu bersyukur adalah Lita, disaat dia sakit, semangatnya tetap besar yang membuat ibupun tetap memiliki semangat utk sembuh.
Saai ini, ayah sedang berjuang dalam olimpiade paper di Paris, ibu dan lita berjuang melawan chicken pox. Semoga Tuhan selalu memberkati kami.
Subscribe to:
Posts (Atom)