Friday, September 28, 2007

Minggu pertama di New York

Dear Ibu dan Lita,

Saat ini ayah sudah berada di New York setelah menempuh 24 jam perjalanan. Ayah baru sempat bercerita karena masih penyesuaian dan juga Jet Lag yang agak parah karena perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Ayah di sini baik-baik saja. Semua berjalan dengan baik. Ayah sampai di US tanggal 22 September malam, mendarat pertama kali di Minnesota dan melanjutkan perjalanan ke New York malam itu juga.

Ayah tinggal di sebuah keluarga Indonesia, Pak Madjid namanya, mereka sangat baik. Ibunya (Bu Endang) juga sering membuatkan teh untuk ayah. Mereka memiliki dua anak, Fadjar (30) dan Farah (26). Pak Madjid kerja di KJRI dan Ibu Endang kerja di suatu tempat yang ayah gak tahu he he he. Pokoknya di Manhattan. Ayah diberi kamar yang sangat bagus, fully furnished lengkap dengan sarapannya he he he

Tanggal 23 pagi Ayah sudah menjelajah New York City sendiri hanya berbekal peta saja. Suasana di sini tidak jauh berbeda dengan sydney, cuma orangnya kelihatan lebih beragam. Banyak orang hitam dan latin di mana-mana. Kebersihan juga mirip2 dengan Sydney. Cuma suasana subway jauh lebih ramai nampaknya. Ayah beli tiket seharga 76 dolar untuk sebulan, bisa untuk bus dan kereta di NY. Sangat murah sebenarnya. Lebih murah dibandingkan di Sydney dan di sini tidak ada istilah konsesi atau bukan. Semua sama.

Tanggal 24 ayah mengunjungi Patung Liberty. Memang besar sekali dan benar-benar menjadi simbol Amerika. Orang antri berjubel untuk berkunjung. Liberty ini ada di sebuah pulau kecil yang sekarang dikenal sebagai Pulau Liberty. Untuk ke sana kita harus naik ferry. Dengan USD 17.50 Ayah sudah bisa mengunjungi Liberty Statue lengkap
dengan Audio Tour juga Ellis Island, pulau kecil yang jaman dulu dijadikan pintu gerbang imigran yang datang ke Amerika. Kini pulau itu menjadi musium. Seru sekali menyaksikan bagaimana mereka memperlakukan imigran jaman dulu. Pulau ini merupakan tempat persinggahan pertama 12-an juta migran yang masuk ke Amerika. "A nation of Migrants" begitu JFK menyebut Amerika.

Sayang sekali Ibu dan Lita tidak ada di sini, ayah menikmati semuanya sendiri. Tidak lengkap rasanya. Tapi suatu saat kita akan ke sini. Ayah yakin itu. Terpaksa berfoto sendiri dengan gaya seadanya he eh he.

Oh ya, di NY sekarang ini ada sidang PBB. Semua kepala negara seluruh dunia ada di sini terutama tanggal 23-26. Ketika masuk kantor pertama kali, ayah menyaksikan suasana seperti di film-film. Polisi New York (NYPD) dengan seragam seperti Will Smith dan Keanue Reaves berkeliaran di sekitar gedung PBB. Jalan ditutup dan semua diperiksa. Sedan, motor, truk bertulisan NYPD ada di mana-mana. Polisi berseragam dan bersenjata lengkap. Kalau kita melirik ke atas gedung-gedung tinggi, penembak jitu bertengger di tempat-tempat strategis siap dengan senapan canggihnya. Intinya, suasana sangat waspada.

Ayah sendiri mendapat sedikit kesulitan karena belum memiliki ID. Untunglah membawa surat sakti dari UN, sehingga boleh masuk. Lihat peta lokasi gedung PBB di sini

Akhirnya ayah bertemu dengan program adviser, Francois Bailet, orang Perancis. Dia baik sekali. Bersama dia, ada juga Sampan Panjarat, fellow dari Thailand. Dia seorang cewek yang kerja di departemen perikanan Thailand. Dia adalah fellow pertama yang sudah sampai di UN tanggal 15 September lalu. Orangnya baik, sudah 34-an tahun umurnya.

Akhirnya Ayah mengikuti beberapa proses orientasi termasuk berkenalan dengan orang-orang di Office of Legal Affairs PBB dan membuat ID tentu saja. Ayah juga sempat berkunjung ke Sekretariat PBB yang ada di seberang jalan (lihat peta tadi). Delegasi di seluruh dunia tumpah ruah di sana dan beraneka ragam rupa dan tingkahnya. Ini adalah pertemuan besar. Nasib Planet Bumi sedang dibicarakan di gedung ini. Luar biasa. SBY juga datang, tapi ayah tidak sempat bertemu.

Hari itu berjalan lancar, ayah sudah menyelesaikan semua urusan awal dan dapat ID. Kini bisa berjalan-jalan di sekitar UN tanpa perlu ditanya oleh NYPD. Kini dengan ID UN, ayah bahkan bisa berfoto bersama polisi itu termasuk bergaul dekat dengan anggota Secret Service yang berkeliaran di jalan. Begitulah, hidup terasa seperti di film
Hollywood :))

Tanggal 26, ayah masuk seperti biasa. Kini sudah mulai mikir tentang laporan. Sekali waktu sempat juga datang ke Sekretariat PBB untuk melihat suasana dan menyaksikan bagaimana NYPD menguasai jalan dan kawasan di sekitar UN office. Singkat kata, seru!

Hari ini (27-09) juga berjalan lancar tidak ada masalah. Ayah sambil menikmati New York tetap menyelesaikan laporan. Oh ya, setiap hari ayah harus menggunakan jas lengkap di sini. Orang-orang sangat rapi. Beda jauh dengan waktu di Australia yang jauh dari kesan formal.

Itu sementara cerita ayah Bu. Ayah akan sambung terus dengan cerita seru lainnya dan foto-foto tentu saja. Salam sayang dari Ayah untuk Lita.

Friday, September 21, 2007

Foto studio

Menjelang keberangkatan ayah ke New York selama 3 bulan, kita sempatkan utk mengabadikan kebersamaan kita di Studio Foto Hongkong. Selain itu kita juga cetak beberapa foto utk dikirim ke Jogja dan Bali.Dek Lita senyum dong.... rayu fotografernya supaya Lita senyum. Ternyata Lita belum bisa senyum natural seperti biasa klo ibu foto pake kamera di rumah. Alhasil bergaya dengan kepala miring aja.

Giliran Lita bergaya sendiri, tegang juga ternyata... ibu ampe jungkir balik ngarahin gaya di depannya gak juga berhasil. Hehe...

Senyum yang sedikit dipaksakan.... tapi tetep keliatan cantik anak ibu ini.


Akhirnya Lita ikutin juga gaya ibu di depan.

Friday, September 07, 2007

Sepuluh tahun pertama

Sepuluh tahun yang lalu, tapatnya tanggal 7 September 1997, kami bertemu untuk pertama kali. Ketika itu saya adalah mahasiswa tingkat dua dan Asti baru saja memulai perjalanannya di UGM. Begitulah seperti bisa ditebak, seorang senior tanggung memanfaatkan posisinya mendekati sang adik bak pahlawan kesiangan :) Asti yang masih belum menemukan jalannya, mungkin seperti mendapat pahlawan atau setidaknya teman dalam menjalani hari-hari. Demikianlah, singkat kata kami bersepakat menjalani hari-hari bersama. Kini hari itu telah berlalu selama sepuluh tahun. Waktu memang seperti terbang dan kami telah melewati banyak hal.

Pada peringatan sepuluh tahun pertama ini kami bahkan juga merayakan ulang tahun ke-2 putri kami, Lita. Alangkah banyaknya yang sudah terjadi. Dimulai dari pertemuan kecil yang dihiasi malu-malu di Balairung UGM, kini sudah ada seorang Lita. Jika tidak ikut menikmati, kejadiannya memang terasa sangat cepat. Lebih jauh lagi, banyak yang barangkali tidak bisa menebak apa saja yang sudah terjadi. Biarkan saya bercerita sedikit tentang sepuluh tahun ini.

15 November 1997 adalah saat pertemuan itu diresmikan jauh di Pura Mandaragiri, Gunung Semeru sana. Layaknya dua anak muda, hari-hari dihiasi keindahan dan juga pasti duka. Saya pribadi banyak belajar arti kesabaran dan menjadi sedikit lebih sabar karena Asti, itu pasti. Selama berpacaran, kami adalah dua anak muda biasa. Ngapel malam minggu, saya rajin memberi bunga mawar, naik motor malam minggu hingga agak larut, makan di angkringan, main di Kaliurang, menghabiskan waktu di kos saya dan lain-lain termasuk bolos kuliah :)

Tahun 2001, ketika cinta berumur empat tahun saya memulai karir di dunia kerja, berpisah sementara ketika saya ada di Malang, Surabaya dan Jakarta hingga akhir 2002. Waktu juga yang membuat kami bersama lagi di Jogja awal 2003 ketika saya memutuskan jadi dosen di UGM.

14 April 2003, pernikahan adalah tanda kesepakatan kami sudah final dan mengikat ketika cinta berumur enam tahun. Ritual yang bagi kami sangat berkesan adalah buah tangan orang tua di Bali. Tidak akan terbalas. Awal tahun 2004 kami mengembara ke negeri Kangguru karena saya harus memperdalam kanuragan. September 2005, ketika kebersamaan sudah 8 tahun, Lita lahir dengan selamat disaksikan keempat grandparents-nya di sebuah rumah sakit di Sydney. Pengalaman yang tak akan terlupa.

Awal 2006 kami pulang ke Jogja, memulai hidup baru yang tanpa sadar sebelumnya tidak sempat kami lakukan. Semuanya relatif semu sebelumnya, seperti tidak menginjak bumi karena terlalu banyak kemudahan yang diberikan oleh waktu. Waktu berlalu cepat, Asti praktik di klinik dan menjadi asisten peneliti di UGM. Saya sendiri asik dengan pekerjaan dosen. Di akhir 2006 kejutan muncul lagi. Saya diterima sebagai peneliti tamu atas dukungan UN-Nippon Foundation di Australia dan di US, sedangkan Asti diterima bekerja di WHO. Kami harus berpisah untuk beberapa saat. Bukan keputusan yang sangat baik, setidaknya kata beberapa kawan saya, tetapi toh harus kami lewati. Setidaknya hari ini semua sudah hampir selesai. Saya masih akan di US selama beberapa saat dan Asti akan segera menyelesaikan kontraknya dengan WHO. Tapi bukan berarti perjuangan selesai. Saya diam-diam telah menyiapkan kejutan lain yang mungkin akan membuat hidup kami seperti layang-layang lagi, saya tidak tahu.

Selamat ulang tahun cinta, satu dasawarsa adalah saat yang baik menilai pelajaran.

Saturday, September 01, 2007

Buku Baru: Batas Maritim Antarnegara

Dear Ibu dan Lita,
Ayah punya buku baru lo. Kali ini bukan tentang Google tetapi tentang keahlian ayah (padahal ayah sendiri belum ahli :) yaitu "Batas Maritim Antarnegara" atau "International Maritime Boundaries".

Buku ini diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press dan mulai beredar di pasar awal Septermber 2007. Buku ini penting bagi mereka yang menekuni batas maritim baik dari segi teknis/geodetis maupun dari segi hukum/legal. Kalau Ibu dan Lita punya teman yang berkecimpung di bidang ini, boleh lah dipromosikan ya.

Oh ya, masih ingat sama beberapa kasus yang terjadi belakangan ini seperti Sipadan dan Ligitan, Ambalat, Penembakan nelayan di Selat Malaka, dll. Buku ini akan memberi pemahaman yang lebih baik.

Kalau mau tahu ringkasan dan daftar isi lengkap, silakan simak di sini.

I Love you.
Ayah