Monday, December 31, 2007

Lita Otonan

Di blog ini, rasanya sudah pernah posting masalah otonan. Silahkan baca posting sebelumnya jika ingin tahu apa itu otonan :)

Di malam tahun baru, Lita berusia tepat 210 x 4 hari atau 4 oton. Dalam tradisi Hindu, otonan merupakan peringatan hari lahir (birthday) dengan dasar perhitungan tertentu yang tidak sama dengan kalender masehi. Otonan kali ini bertepatan dengan malam tahun baru sehingga memperingatinya sekalian.

Seperti halnya otonan pertama, kali ini peringatannya di rumah di Bali. Artinya suasananya juga berbeda. Lebih ramai dan lebih meriah. Dalam acara ini sekaligus juga dilakukan syukuran dengan mengundang semua orang di banjar (tempek), tidak kurang dari 60 keluarga. Banyak bener ya :)

Ayah dan Ibu mengunjungi semua rumah untuk mengundah mereka agar datang malam itu. Pengalaman ini sangat berkesan karena untuk pertama kalinya Ibu mengunjungi semua rumah tanpa kecuali dan berinteraksi langsung dengan semua orang. Ini menjadi catatan tersendiri bagi keluarga kecil kami. Bagi masyarakat desa, ini menjadi pertanda keinginan kami untuk berinteraksi dan tetap menjadi hubungan baik dengan semua orang di kampung. Semoga.

Sunday, December 30, 2007

Berkumpul di Bali

Tanggal 30 Desember 2007 tengah malam, Lita, Ibu dan Mbah tiba di Bali. Lita dan Ibu terbang dari Jakarta dan Mbah dari Jogja. Walaupun menggunakan pesawat yang berbeda, ketiganya mendarat pada waktu nyaris bersamaan sehingga memudahkan yang menjemput.

Lita berjalan kaki dituntun Ibu dan Kadek, mununjukkan sepatunya yang berkelap kelip ada lampunya. Lita menggunakan jaket pink dengan hood yang menutup kepalanya.

Ketika melihat ayah, lita langsung mau digendong tanpa canggung sedikitpun. Ini menyenangkan mengingat Lita sudah tidak melihat ayah selama lebih dari 3 bulan. Komunikasi selama inipun hanya voice saja karena webcam ayah tertinggal di Australia. Lita tidak lupa sama sekali dengan ayahnya, sangat mengharukan.

Perjalanan malam itu dilanjutkan ke rumah Tabanan dan sampai di rumah setengah 2 pagi. Selanjutnya Lita masih kuat begadang sampai jam 3 pagi ketika ayah ibunya sudah teler kehabisan energi. Hari ini semua berkumpul di Bali. Ada Mbah Putri, Mbah Kakung, Ibu, Lita, Ayah, Pekak dan Ninik (Ninik1 dan Ninik2 :) Semua gembira menyambut kedatangan Lita dan siap-siap untuk 'pesta kecil' esok harinya karena Lita akan otonan.

Tuesday, December 25, 2007

Ayah Kembali ke Tanah Air

Bertepatan dengan hari Natal, ayah pulang ke tanah air. Di bandara dijemput Ninik dan Pekak yang sudah menunggu hampir 2 jam karena pesawat ayah terlambat.

Perjalanan dari JFK New York ditempuh melalui Vancouver Canada dan kemudian mampir di Hongkong selama beberapa jam. Sayang sekali di kedua tempat ini hanya transit di bandara sehingga ayah tidak bisa jalan-jalan melihat suasana kota.

Perjalanan total ditempuh selama 30 jam termasuk transit. Sebuah perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan. Meski demikian, perjalanan terasa sangat menarik karena akan bertemu ibu dan Lita di Indonesia, walaupun Ibu dan Lita akan tiba di Bali tanggal 30 Desember 2007. Lita sendiri akan otonan tanggal 31, tepat di malam tahun baru.

Suasana desa tidak banyak berubah. Rumah Pekak yang tetap asri dan kebun yang tertata rapi menyambut ayah dengan ceria. Makanan khas Bali dan keramahan semua orang kampung menjadi pengobat rindu yang sangat menyejukkan. Ayah menunggu Lita dan Ibu di Bali.

Saturday, December 22, 2007

Selamat Hari Ibu, istriku.

Ketika umur bertambah dewasa, sering kali kemalasan menghinggapi kita untuk menyatakan cinta. Saat seorang teman beranjak jadi kekasih dan kemudian menjadi istri dan akhirnya menjadi ibu dari anakku, seorang aku bisa saja bermetamorfosis dalam hal kepekaan akan cinta. Saat inilah hidup berubah pelan dan seperti tidak disadari. Kehangatan bisa memudar. Saat inilah penyelamatan diperlukan dan kesadaran menjadi satu-satunya pembuka pintu kesempurnaan hidup.

Perubahan dari suasana manja bergelimang cinta menuju kebersahajaan dan kedewasaan yang bijaksana seringkali menjadi alasan untuk tidak memikirkan lagi hal-hal yang mengharu biru. Begitulah seorang aku bisa lupa akan apa yang pernah menggelorakan semangat di masa muda. Jika dulu ada kegelisahan lelaki yang senantiasa membakar semangat cinta, kini kesibukan dan kebesaran nama seringkali membuat semuanya sedikit berbeda.

Aku mengerti. Aku tidak menyesali ini. Kedewasaan memang menjadikan kita lebih tenang, tidak meledak-ledak sekaligus lebih bijaksana, pun dalam menyatakan cinta. TETAPI, tidak pernah ada alasan untuk mengurangi cinta. Ini yang aku jaminkan kepadamu. Benar memang waktu membawa angin perubahan tetapi semuanya hanya hiasan. Seperti musim berganti dengan wajah dan kesegaran baru, begitu juga kedewasaan kita menghadirkan perilaku yang berbeda. Memang tidak lagi kita jalani hari-hari seperti halnya 10 tahun yang lalu ketika pandangan mata menimbulkan birahi, kini pandangan mata adalah kebijaksanaan yang bertanggung jawab. Puncak kenikmatan kita adalah keheningan. Begitulah kita melakukan lompatan dalam hidup.

Istriku, hari ini adalah Hari Ibu. Umat manusia merayakannya dengan cara masing-masing. Bagiku sesungguhnya ini tidak istimewa karena keibuanmu tidak pernah berkurang di hari biasa. Terima kasih yang tidak berhenti ini semestinya menjadi obor bagimu yang terasa bernasnya saat gelap menjelang. Momen ini hanyalah pertanda. Kuresmikan terima kasihku dengan ucapan dan kupastikan cintaku dengan ujaran yang barangkali sesungguhnya tidak perlu. Agar umat manusia mengetahui niatku dan menjadikannya pelajaran untuk generasi mendatang, harus kunyatakan dengan bahasa sederhana bahwa aku mencintaimu. Selamat Hari Ibu.

Friday, December 21, 2007

Hari Terakhir di Kantor

Akhirnya ayah harus mengucapkan selamat tinggal kepada kantor PBB di New York. Hari ini adalah saat terakhir masuk kantor dan merupakan hari perpisahaan. Ayah menemui semua orang untuk pamitan sekaligus mengucapkan selamat natal dan tahun baru.

Seperti biasa, ada juga acara makan bersama di sebuah restoran Chinese di 2nd Avenue, Manhattan yang tidak jauh dari kantor. Tidak seperti biasanya, kali ini ayah yang mentraktir teman-teman. Tentu saja mereka terkejut, why? Ayah bilang "we do it in the Indonesian way" sambil berkelakar. Mereka geleng-geleng kepala, tapi tidak menolak tentunya :)


Acara makan siang bersama di sebuah restoran Chinese.


Ayah berpose dengan buku "Batas Maritim Antarnegara" di perpustakaan DOALOS.


Buku "Batas Maritim Antarnegara" karangan ayah di antara buku penulis dunia.

Tuesday, December 18, 2007

Menyerahkan paper ke PTRI

Akhirnya ayah benar-benar selesai. Presentasi dan paper sudah terselesaikan dengan baik dan sudah diserahkan ke DOALOS. Ayah juga menyampaikan satu salinan paper ini kepada Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York. Selama ini ayah memang menjalin komunikasi yang baik dengan PTRI terutama dengan Pak Marty (dubes), Pak Adam (bagian hukum) dan Pak Putu (atase pertahanan).

Satu eksemplar paper ayah serahkan kepada Pak Adam yang dipadu dengan acara makan malam. Beliau mentraktir ayah malam itu di restoran Jepang. Di samping memang untuk memberikan kontribusi nyata kepada Indonesia, penyerahan paper ini juga untuk menjaga komunikasi dan jaringan profesional yang sudah terbangun dengan baik. Semoga ke depan semua pihak dapat memetik buah yang baik.

Ini bebrapa foto dengan Pak Adam.

Ayah menjelaskan beberapa hal teknis dalam paper ayah.

Pak Adam menyimak dengan seksama sambil memberi beberapa masukan. Beliau ini memang banyak terlibat dalam Sidang Umum PBB 2007 dan menguasai hukum laut.

Tuesday, December 11, 2007

Presentasi Penelitian

Ini adalah salah satu momen terpenting dalam hidup ayah terkait program fellowship di United Nations. Hari ini ayah mempresen- tasikan penelitian ayah di depan semua rekan dari negara lain, program adviser dan pakar-pakar terkait di DOALOS.

Seperti biasa, ayah selalu persiapan dan latihan sebelum presentasi. Biarpun sudah presentasi presentasi di mana-mana, nasional maupun internasional, ayah memang tidak pernah bisa presentasi tanpa latihan. Selalu ada latihan dan kalau perlu di depan cermin :) Ibu masih ingat kan ayah selalu melakukan ini waktu di Sydney dulu?! Biarpun pernah jadi presenter terbaik di Sydney, sampai kini ayah selalu persiapan sebelum presentasi. Yang terpenting dari latihan bukanlah masalah penguasaan materi tetapi penyampaian yang tepat dalam waktu yang tersedia. Biarpun seorang presenter menguasai materi tetapi kalau tidak cermat dalam penggunaan waktu, bisa timbul masalah dan tetap saja terlihat tidak profesional.

Presentasi kali ini dibatasi tidak boleh lebih dari 30 menit. Jika lebih, chairman akan memotong dan dilanjutkan dengan diskusi selama kira-kira sejam. Karena latihan yang ketat, ayah bisa menyelesaikan presentasi dalam waktu 20 menit saja dan menyampaikan semua materi dengan baik. Akibatnya, ada lebih banyak waktu untuk diskusi.

Ayah menyampaikan materi landas kontinen ekstensi Indonesia dengan banyak animasi. Teman-teman yang berlatar belakang ilmu sosial nampak menikmati animasi yang ayah sampaikan dan mereka mendapat gambaran yang lebih jelas dengan visualisasi seperti ini dibandingkan hanya membaca pasal-pasal hukum laut.

Ini beberapa foto saat presentasi.

Sedang semangat-semangatnya presentasi. Francois bertindak sebagai chairman.


Kalau ini tidak sedang presentasi, tapi lagi bergaya saja setelah presentasi selesai :)

Monday, December 10, 2007

Ngopi di kantor

Sejak di New York, ayah punya kebiasaan ngopi. Kali ini bukan ngopi buku atau jurnal, tetapi minum kopi ekspreso khas Italia. Teman sebelah ruangan ayah memang orang Italia dan gemar sekali minum kopi. Setiap hari dia selalu mengundang ayah dan beberapa teman lain untuk menikmati kopi buatannya.

Jangan dibayangkan seperti kopi di Jogja yang menggunakan satu gelas besar dan kopinya hingga luber, di sini menggunakan gelas super mini dan itupun terisi kurang dari setengahnya. Minumnya sedikit tapi kopinya sangat kuat. Kopi ini dibuat dengan mesin khusus yang ada di ruangan teman ayah ini.

Ini di foto-foto kalau kita lagi ngopi.

Michele sedang membuat kopi dengan mesin ekspreso.


Suasana minum kopi dengan Michele (Italia) dan Francois (Kanada

Saturday, December 08, 2007

Pengamen

Biarpun merupakan negara maju, di Amerika (terutama New York) ada banyak sekali pengamen. Di tempat-tempat umum seperti taman rekreasi, stasiun kereta (subway) dan di dalam subway, pengamen dijumpai dengan sangat mudah.

Sebagian besar di antara mereka memang bisa bernyanyi dengan baik, tetapi seringkali hanya sekedarnya dan hanya untuk minta duit. Yang di foto ini adalah pemain musik cilik favorit ayah. Dia katanya adalah cucu dari musisi legendaris Amerika. Memang permainannya canggih, dia selalu beraksi di stasiun subway tempat ayah menungu kereta kalau pulang kantor. Umurnya kira-kira baru 7 atau 8 tahun, permaiannya sudah memukau. Lita mau jadi pemain musik nggak nanti ya?

Thursday, December 06, 2007

Salju

Dear Ibu dan Lita,

Cukup lama ayah tidak menulis di blog. Belakangan ini memang agak sibuk karena harus menyelesaikan segala sesuatu menjelang berakhirnya masa penelitian. Sebelum tanggal 11 Desember semua sudah harus selesai karena Ayah akan presentasi hari ini.

Salju sudah mulai turun di New York, ayah bisa menyaksikan dan merasakan salju di halaman rumah. Tidak seperti ketika di Sydney, kita perlu datang ke snowy mountain untuk melihat salju, di sini cukup memandang dari jendela, butiran salju berterbangan di luar menciptakan suasana yang dramatis.

Salju memang belum pernah setebal yang terlihat di film-film Hollywood tapi dinginnya bukan main, terutama kalau anginnya kencang. Ayah selalu pakai jaket tebal kalau ke mana-mana. Ini beberapa foto yang ayah ambil selama musim salju.

Ini pemandangan di belakang rumah, terlihat dari jendela kamar ayah.

Suasana depan rumah dengan salju tipis di taman.

Di salah satu sudut Manhattan, foto diambil oleh teman dari Brazil.

Sunday, December 02, 2007

Washington DC

Tanggal 1-2 Desember 2007 ayah sempat jalan-jalan ke Washington DC, ibukota Amerika Serikat. Kami brangkat ber-6 yaitu Sampan (Thai), Tatiana (Colombia), Christophe (Cameroon), Ritche (Filipina), Rotrigue (Benin) dan ayah. Perjalanan meggunakan bus tour Chinese yang lumayah murah tapi layanannya bagus. Perjalanan jadi menyenangkan.

Washington sangat mirip dengan Canberra (atai CBR yang mirip Washington :) dari segi tata ruang. Di sini tidak banyak terlihat gedung tinggi dan pemanfaatan ruang sebagian besar untuk perkantoran. Amerika memang terlihat gemar berperang, terbukti dengan banyaknya museum dan memorial perang yang dimilikinya.

Ayah sempat mengunjungi Gedung Putih, kantor dan tempat tinggal Presiden Amerika. Sempat juga mendatangi Capitol Hill yang terkenal dengan kubahnya itu, Washington Monument, Lincoln Memorial dan lain-lain. Pengalaman ini sangat menarik, tetapi terasa kurang karena Ibu dan Lita tidak ikut. Lain kali kita akan datang lagi untuk mengunjungi tempat-tempat ini ya :)

Ini ayah sempatkan ambil beberapa foto di tempat-tempat penting.

Di depan Gedung Putih, alias White House. Gedung ini jauh lebih kecil dari yang ayah bayangkan :( Itupun hanya bisa ambil foto dari jarak yang sangat jauh.

Capitol Hill dari kejauhan.

Berlatar Washington Monument.

Saturday, December 01, 2007

Campur-campur


Sepulang dari Jogja, Lita Gita berpelukan, nampak kerinduan diantara mereka

Mandi sama2, ada saat saling sayang juga ada saatnya bertengkar....

Papa mandiin anak2, saat2 yang akan dirindukannya bila Lita jauh nanti

Ultah Nara, anak2 excited sekali....

Saat2 kebersamaan itu tinggal sebulan lagi...

Saturday, November 24, 2007

Thanksgiving

Dear Ibu dan Lita,
Ayah mau cerita sedikit tentang thanksgiving day yang dirayakan publik Amerika hari Kamis minggu ini. Thanksgiving merupakan hari festival dan sangat identik dengan makan kalkun. Silahkan baca sejarahnya di sini.
Ayah libur dari kantor karena ini memang hari libur nasional. Kali ini ayah diudang oleh Pak Nyoman untuk datang ke rumahnya di New Jersey untuk merayakan thanksgiving bersama orang Bali lainnya. Memang selama dua bulan di sini, belum sekalipun ada kumpul-kumpul dengan semeton Bali di New York. Kemaren ada saat yang tepat.

Ayah datang ke sana naik kereta dan bus yang ditempuh kira-kira 1.25 jam perjalanan. Perjalanan menyenangkan karena dilakukan bareng-bareng dengan pasukan Bali di New York. Oh ya, New Jersey ini tentu saja sudah lain state, tetapi tidak terlalu jauh. New Jersey terkenal juga dengan Princeton University, tempatnya John Nash. Masih ingat A Beautiful Mind?

Suasana kumpul-kumpul sangat akrab, berkesan dan yang pasti 'liar' layaknya orang-orang Bali kalau lagi ngumpul. Pak Nyoman sekeluarga sangat baik, mereka peduli dengan anak-anak muda Bali di sini. Makanan didominasi oleh masakan Bali seperti lawar, tum, sate, dan sambel matah plus teri. Mantap sekali. Selain itu, sempat juga berkenalan dengan beberapa orang Bali lainnya yang bekerja di beberapa tempat bagus di New York. Menyenangkan berbagi gagasan dengan mereka.

Menariknya, ada juga orang Bali (dan Indonesia pada umumnya) yang menjadi imigran gelap di Amerika. Satu atau dua yang ayah temui merupakan anak-anak muda yang hebat dan pejuang sejati. Mereka harus menempuh cara ini karena sepertinya tidak banyak pilihan. Semoga mereka tidak menemukan hal-hal buruk dalam keberadaan mereka di Amerika.
Sementara itu di sepanjang jalan ada parade Thanksgiving. Pawai dihiasi tokoh-tokoh film seperti shrek, mickey mouse, dan lain-lain. Sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan. Sayang Ibu dan Lita tidak ada di sini :(

Saturday, November 17, 2007

Kejutan datang!!!

Kamis pagi, 15 Nov 2007, seperti biasa hari itu ibu mulai dengan baca email dan minum segelas the di kantor. Mata ibu tertuju pada email dari ayah yang ber subject 10 tahun pertama … Ibu liat lagi calender, ya ibu baru ingat... 15 November 1997... Mata ibu berkaca-kaca membacanya sambil membayangkan kronologis 10 tahun yang lalu hingga saat ini. Ternyata utk mencapai hari ini hingga hadir seorang Lita ... 10 tahun sudah cinta kami diuji dan diperjuangkan. Bukan waktu yang singkat tapi tapi bagi kami terasa singkat, yang berarti ayah dan ibu menikmati waktu dengan sesuatu yang “berarti”. Ibu yakin kata-kata ayah dalam email itu memang benar adanya dan kekuatan cinta tulus yang diproklamasikan di Mandara Giri terbukti hingga dasa warsa ini. Terimakasih ayah atas cinta dan romantismenya yg terasa tak pernah luntur bahkan semakin kuat.... Email dari ayah ini menambah semangat ibu di kantor hari itu...
Ditengah2 kesibukan ibu, telp berdering dari resepsionis, “ibu ada kiriman” .... bergegas ibu ke depan dan melihat kotak besar dibawa seorang kurir... kue dari Pak made Andi .... terharu ibu melihatnya, inilah kejutan yg lain that more than I’ve expected.

Hebohlah TB corner dengan kehadiran kue raksasa ini ... banyak pertanyaan: apa makna “10 tahun pertama” ... juga kecemburuan hihihi....

Thanks a lot ayah... keep fighting for our family. Miss U...

Saturday, November 10, 2007

Pulang ke Jogja

Minggu ini, Ibu dan Lita ada di Jogja untuk liburan. Sudah lama ini direncanakan dan saat baik itu tiba juga akhirnya. Ibu dan Lita terbang ke Jogja tanggal 3 Nopember dan berada di rumah sampai 11 Nopember. Ibu memang ngambil cuti seminggu.

Selalu saja ada rangkaian cerita. Saat berada di Jogja, ibu harus memperbarui passpornya dan urusan bisa diselasaikan dalam waktu seminggu libur di Jogja. Meskipun harus rela berkompromi dengan waktu dan suasana liburan, dan terutama dengan petugas imigrasi Jogja yang sepertinya tidak semuanya bahagia dalam hidup, seminggu di Jogja pastilah memberikan kesan baik. Lagipula, untuk sengaja mengurus passpor di lain hari mungkin tidak mudah dilakukan karena kesibukan. Pulang ke Jogja selalu menyenangkan dengan segala perniknya yang khas.

Pekak dari Tabanan berkunjung ke Jogja menengok Lita dan juga Komang yang memulai kuliahnya di UGM. Sekali bepergian, dua tiga hal terselesaikan, begitulah ide perjalanan ini. Pekak-nya Lita nampak sangat bahagia dengan pertemuannya dengan sang cucu kesayangan. Tentu saja ini karena Lita memang sangat lengket dengan Pekaknya. Hal inilah yang menjadi ketakutan di masa lalu, ketika kami baru menikah. Bapak dan Meme' di bali khawatir kalau-kalau cucunya nanti tidak dekat dengan mereka karena memang secara geografis terpisah jauh. Kekhawariran itu terjawab sudah dan melegakan. Menurut Pekak, Lita sangat cerdas. Kalau bukan kakeknya sendiri yang memuji, siapa lagi :)

Lita juga sangat menikmati pertemuanya dengan Eyang Kakung dan Eyang Putrinya di Jogja. Semua terkesan sumringah dengan kedatangan Lita, terutama karena Lita memang sangat mudah dekat dengan orang. Tidak pernah Lita menolak digendong atau diajak bicara oleh orang asing sekalipun. Ini sangat menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya. Lita juga menikmati masa-masa bermain dengan teman lamanya di Jogja dan beberapa kali 'diculik' oleh ibu-ibu tetangga di kampung. Begitulah Lita, selalu ada cerita tentangnya.

Selama di Jogja, Ibu mampir ke kampusnya, ke kampus ayah juga sambil melakukan beberapa hal adminsitrasi sekaligus bertemu sahabat lama. Tentu menyenangkan berada di Jogja dengan suasana liburan, walaupun sekali dua kali hp masih berdering dan ada telepon dari kantor yang harus dijawab. Oh ya, kenapa ayah tahu semua cerita ini? Thanks to the Internet :)

Jogja, pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu....[Kla Project]

Friday, November 09, 2007

Niagara Falls

Hi Ibu dan Lita:)

Beberapa waktu lalu ayah sempat main ke Niagara Falls alias Air Terjun Niagara. Ya betul, yang terkenal itu dan Superman pernah disyuting di sana :) Ayah pergi dengan Rotrigue dari Benin dan Sampan dari Thailand. Perjalanan menggunakan bus tour dengan membayar USD 74 termasuk hotel semalam. Harga ini cenderung murah untuk ukuran New York

Sewaktu di sana, sesungguhnya tidak banyak yang terlalu menarik, terutama karena ayah memang lahir dan besar di sungai dan sawah. Air terjun sebenarnya tidak terlalu istimewa karena sewaktu kecil ayah memang selalu mandi di sungai, belarian di tengat sawah dan melompat dari ketinggian kemudian menukik di birunya 'tibu', bagian sungai yang dalam dan tenang. Kalau saja ayah ke Niagara Falls 17 tahun lalu, mungkin tidak ada yang perlu diherankan.

Yang menarik, sungai Niagara ini adalah batas antara USA dan Canada. Ayah tentu saja melihat air terjun ini dari sisi USA (masih dalam negara bagian New York) sambil menikmati Ontario, Canada yang hanya beberapa meter di seberang. Dari sini terasa sekali betapa pembangunan di wilayah perbatasan menjadi sangat penting. Pengunjung ataupun penduduk asli akan dengan mudah melihat kemajuan dan perkembangan di negara tetangga dan dengan mudah membandingkan dengan apa yang dimiliki negaranya. Kalau ketimpangan terjadi, dengan muda rasa cemburu akan tumbuh, termasuk lunturnya nasionalisme.

Waduh, kok jadi berat begini bahasannya ya he he he

Anyway, Niagara is good to visit. Mungkin suatu saat kita sekeluarga akan datang ke sini. Why not!

Thursday, October 25, 2007

ALA = Andi Lita Asti

Dear Lita dan Ibu,

Kemarin ayah chatting dengan seorang kawan yang sedang sekolah di Malaysia. Ayah ingin menceritakan kalau ayah mendapat beasiswa ALA untuk sekolah doktor di Australia. Ayah bilang sama dia, "Ded coba lihat perjuangan ALA di blogku, mungkin suatu saat ada manfaatnya buatmu". Kawan ini menjawab dengan lugunnya. ALA itu apa Bli? ALA = Andi Lita Asti?

Ayah sendiri terkejut mendengar pertanyaan polosnya ini. Ternyata apa yang kita sebut kebetulan (yang katanya sesungguhnya terencana), itu masih terjadi di dunia ini. Inilah dunia kita yang penuh dengan jejak-jejak makna seperti kata Gede Prama.

Sunday, October 21, 2007

Orang-orang pilihan



Dear Ibu dan Lita di tanah air,
Berada di New York dan membuat buku membuat ayah memiliki akses dengan orang-orang top di negeri ini. Sampai kini ayah telah bertemu dengan banyak sekali orang top yang sempat ayah hadiahi buku. Bukunya diberikan ke beliau-beliau karena memang secara langsung maupun tidak mempunyai kepentingan dengan materi dalam buku tersebut.

Yang paling kiri adalah Prof. Hasjim Djalal, mantan duta besar Indonesia untuk berbagai negara dan adalah "veteran" hukum laut Indonesia yang diakui dunia. Ayah bertemu beliau di Sekretariat PBB di New York ketika memberikan seminar. Keampuhannya memang terbukti. Semua orang terpukau melihat presentasinya. Foto di tengah adalah Mohammad Sobary, Kang Sejo yang telah menulis segudang artikel dalam hidupnya. Beliau sempat menjadi ketua Kantor Berita Indonesia, Antara. Ayah bertemu dengat beliau di acara konferensi Alumni ADS di Jakarta. Sedangkan yang paling kanan adalah Dr. Marty Natalegawa, Duta Besar Perwakilan Tetap Republik Indonsia untuk PBB. Beliau adalah diplomat dengan karir cemerlang, menjadi Duta Besar Indonesia untuk UK di usia 43 tahun. Pertemuan dengan Pak Marty terjadi di Gedung PTRI di New York, setelah sebelumnya bertemu di Gedung Sekretariat PBB secara tidak sengaja.

Ayah tidak tahu apakah pertemuan dengan orang-orang besar ini akan membawa manfaat di kemudian hari. Yang jelas, karya ayah ada di tangan orang-orang yang berpengaruh. Semoga ia mencapai tujuannya dan memberi makna kepada negeri ini.

Ayah dan Anak

Banyak sekali kawan saya yang bilang kalau Lita mirip sekali dengan Ayahnya. Wajahnya yang pastilah paling kentara. Tapi saya yakin kalau banyak yang tidak tahu kal au sifatnya pun sangat mirip ayahnya. Tiga foto di atas yang diambil tanpa rekayasa oleh Ibu membuktikan hal itu. Dalam satu periode tidur, berkali kali kami tanpa sengaja ber'pose' sama. Ini tanda-tanda sifat yang sama kan? :) Jadi kalau Lita kadang tidak sabar, suka protes, dan selalu punya ide yang membuat ibunya geleng-geleng kepala, saya segera tahu dari mana semua itu berasal :)

Tuesday, October 16, 2007

Cinta terakhir

Lagu untuk Ibu dari ayah... I miss you so... Lita, jaga ibu untuk ayah ya. I love you two.


Tak semestinya
Ku merasa sepi
Kau dan aku
Di tempat berbeda
Seribu satu alasan
Melemahkan , tubuh ini

Aku disini
Mengingat dirimu
Ku menangis tanpa air mata
Bagai bintang tak bersinar
Redup hati ini

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yg suci
Kuakui kamulah cinta terakhir (cintaku)

Thursday, October 11, 2007

Lita potong rambut

Setelah sekian lama ibu bercita-cita memanjangkan rambut Lita akan terkesan girly, akhirnya ibu menyerah pada keputusan utk memotong rambut. Ibu perhatikan cita-cita ibu telah menyiksa Lita karena kegerahan....
Saat ibu bawa Lita ke salon, tanpa menangis sedikitpun Lita duduk manis di kursi salon dengan dibungkus handuk dan dilapisi kain yang menutup badannya. Dengan patuh dia ikuti perintah sang hairdresser... liat kaca dek, merem dek, jangan gerak dek, liat ibu dek... sambil kres kres kres... Sang hairdresser agak kebingungan liat alur rambut Lita yang unik... Alhasil Lita tampil dengan kids style, alias potong pendek hehe.... Lita pun nampak happy dengan kesegaran barunya, no more garuk-garuk :)

Ibu sadar memang kita tidak boleh memaksakan keinginan/cita-cita kita pada anak. Berikan kesempatan utk memilih dan memutuskan cita-citanya sendiri as long as she happy and responsible for her decision. ILU Lita...

Bertemu Pak Marty

Dear Ibu, Lita dan pembaca :)

Nampaknya belakangan ini hanya Ayah yang rajin nulis ya, ibu sibuk sekali he he he. Ok no worries, silahkan Ibu selesaikan dulu kerjaannya, setelah itu sempatkan posting ya.

Hari ini sangat istimewa bagi ayah karena sempat bertemu Bapak Marty Natalegawa, Dutebesar Luar Biasa Indonesia untuk Perwakilan Tetap kita di PBB. Bapak Marty ini istimewa karena beliau adalah pejabat tinggi plus karena beliau mencapai jabatan tinggi itu di usia yang sangat amat muda. Pak Marty sudah mejabat Duta Besar untuk UK di usia 43 dan sekarang beliau baru berusia 44 tahun. Sangat muda untuk ukuran seorang Duta Besar. Oleh karenanya, tentu tidak berlebihan kalau ayah bilang bahwa bertemu Pak Marty adalah keistimewaan.

Ibu dan Lita mau tahu bagaimana awal mulanya?
Suatu saat ayah berada di Sekretariat PBB di 1st Avenue, Manhattan, untuk mengantar seorang kawan dari Filipina membuka rekening bank. Ketika menunggu, tiba-tiba terdengar seseorang berbicara di telepon dalam Bahasa Indonesia. Tidak terlalu umum mendengar orang bebahasa Indonesia di Gedung PBB, jadi ayah perhatikan. Ternyata orang itu adalah Pak Marty. Tentu saja ayah tahu karena beliau sangat populer di koran dan TV.

Ayah putuskan untuk menyapa saat beliau sudah selesai menelpun. Terjadilah pembicaraan, ayah berbasa basi sejenak dan beliau bertanya apa yang ayah lakukan di New York. Ayahpun kemudian menjelaskan. Beliau sangat tertarik karena topik batas maritim dan hukum laut sangat terkait dengan posisinya. Tanpa berpanjang-panjang beliau mengundang ayah untuk datang ke kantornya. "Silahkan kotak sekretaris saya untuk mengatur waktu pertemuan", begitu katanya.

Hari ini ayah betemu beliau, didampingi Pak Adam, staff hukumnya. Pertemuan sangat baik, juga produktif. Terlihat Pak Marty memang seorang diplomat yang progressif. Belaiau anti birokrasi yang berbelit-belit itu terlihat dari komentarnya. Pak Marty juga seorang pendengar yang baik.
Acara ditutup dengan buka bersama. Ayah tentu saja termasuk orang yang ikut saur, tetap makan siang dan selalu semangat untuk buka :) Ayah juga berkenalan dengan banyak diplomat di PTRI, termasuk dengan Bapak Putu, penasihat militer PTRI yang adalah ahli rudal. Beliau juga sangat bersahabat, seorang tentara yang saintis.

Thursday, October 04, 2007

Kantor, Rumah dan Makanan

Dear Ibu, Lita dan pengunjung :)

Ini adalah sebuah cerita ringan tentang aktivitas sehari-hari di New York. Beberapa hari yang lalu ada acara makan siang bersama hampir seluruh karyawan DOALOS (Office of Legal Affairs) di sebuah restoran Italia di jalan 2nd Ave. tidak jauh dari kantor PBB (UN Plaza). Ini katanya adalah tradisi untuk menjaga suasana akrab sesama karyawan.

Layaknya makan di restoran barat, pilih sendiri dan bayar sendiri tentu saja. Menunya cukup 'aneh', bagi orang Bali yang biasa makan lawar. Demi sosialisasi, toh tidak ada salahnya dicoba. Seorang kawan berkebangsaan Italia bergurau, "you have to tell us the famous Indonesian Restaurant in Manhattan so we can go there someday". Singkat kata, makan siang waktu itu sangat berkesan. Semua orang menikmati dan semuanya lepas sejenak dari kesibukan kerja.

Cerita lain seputar hidup di sini adalah perihal aktivitas kantor. Berada di Gedung PBB memang sebuah priviledge. Setiap hari bergaul dengan orang dari berbagai negara dan mendengar isu yang dulunya hanya dibaca dari buku dan korang. Dua hari yang lalu sempat mengikuti sidang resolusi hukum laut bersama DOALOS dan delegasi beberapa negara. Sangat berkesan menyaksikan debat berkualitas para peserta sidang. "Yes, Canada." atau "Thank you China" begitu koordinator ketika mempersilahkan atau menanggapi argumentasi dari berbagai delegasi. Hukum yang mempengaruhi planet bumi memang sedang dibicarakan di ruangan ini, saya beruntung ada di dalamnya. Sayang sekali, sebagai fellow saya tidak memilki hak bicara karena tidak bisa mewakili Indonesia.

Untuk urusan makan, di daerah Queens ada banyak restoran China, terutama di daerah Broadway. Makanannya enak dan tidak mahal. Selain itu ada juga toko Asian Groceries tempat membeli bumbu dan bahan makanan Asia termasuk Indomie dari Indonesia. Semuanya mudah dan dengan harga yang masih terjangkau. Setidaknya terjangkau oleh seorang UN-Nippon Fellow :)

Yang agak mengganggu adalah tiap hari harus berpakaian kemeja dan berdasi kalau di kantor. Konsekuensinya, harus nyetrika baju setiap minggu. Ini yang sudah lama tidak dilakukan, mungkin sejak 3 tahun lalu. Di sini, mencuci dilakukan di laundri bersama menggunakan coin. Jadi teringat film 40 nights 40 days ketika Matt dan Erica bertemu pertama kali di Public Laundry. Tentu saja di sini tidak ada Erica walaupun Ayah juga seperti Matt sedang 'puasa' 40 hari 40 malam [bahkan lebih] he he he.

Layaknya orang udik yang tumben ke gedung PBB, aktivitas foto-masih saja berlangsung. Tidak tega rasanya melewatkan setiap sudut tempat dan kejadian di sini tanpa mengabadikannya. Setiap titik rasanya layak untuk dipotret dan semuanya indah. Sayang tidak sempat belajar motret yang baik sehingga hasilnya pun standar saja :(

Friday, September 28, 2007

Minggu pertama di New York

Dear Ibu dan Lita,

Saat ini ayah sudah berada di New York setelah menempuh 24 jam perjalanan. Ayah baru sempat bercerita karena masih penyesuaian dan juga Jet Lag yang agak parah karena perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Ayah di sini baik-baik saja. Semua berjalan dengan baik. Ayah sampai di US tanggal 22 September malam, mendarat pertama kali di Minnesota dan melanjutkan perjalanan ke New York malam itu juga.

Ayah tinggal di sebuah keluarga Indonesia, Pak Madjid namanya, mereka sangat baik. Ibunya (Bu Endang) juga sering membuatkan teh untuk ayah. Mereka memiliki dua anak, Fadjar (30) dan Farah (26). Pak Madjid kerja di KJRI dan Ibu Endang kerja di suatu tempat yang ayah gak tahu he he he. Pokoknya di Manhattan. Ayah diberi kamar yang sangat bagus, fully furnished lengkap dengan sarapannya he he he

Tanggal 23 pagi Ayah sudah menjelajah New York City sendiri hanya berbekal peta saja. Suasana di sini tidak jauh berbeda dengan sydney, cuma orangnya kelihatan lebih beragam. Banyak orang hitam dan latin di mana-mana. Kebersihan juga mirip2 dengan Sydney. Cuma suasana subway jauh lebih ramai nampaknya. Ayah beli tiket seharga 76 dolar untuk sebulan, bisa untuk bus dan kereta di NY. Sangat murah sebenarnya. Lebih murah dibandingkan di Sydney dan di sini tidak ada istilah konsesi atau bukan. Semua sama.

Tanggal 24 ayah mengunjungi Patung Liberty. Memang besar sekali dan benar-benar menjadi simbol Amerika. Orang antri berjubel untuk berkunjung. Liberty ini ada di sebuah pulau kecil yang sekarang dikenal sebagai Pulau Liberty. Untuk ke sana kita harus naik ferry. Dengan USD 17.50 Ayah sudah bisa mengunjungi Liberty Statue lengkap
dengan Audio Tour juga Ellis Island, pulau kecil yang jaman dulu dijadikan pintu gerbang imigran yang datang ke Amerika. Kini pulau itu menjadi musium. Seru sekali menyaksikan bagaimana mereka memperlakukan imigran jaman dulu. Pulau ini merupakan tempat persinggahan pertama 12-an juta migran yang masuk ke Amerika. "A nation of Migrants" begitu JFK menyebut Amerika.

Sayang sekali Ibu dan Lita tidak ada di sini, ayah menikmati semuanya sendiri. Tidak lengkap rasanya. Tapi suatu saat kita akan ke sini. Ayah yakin itu. Terpaksa berfoto sendiri dengan gaya seadanya he eh he.

Oh ya, di NY sekarang ini ada sidang PBB. Semua kepala negara seluruh dunia ada di sini terutama tanggal 23-26. Ketika masuk kantor pertama kali, ayah menyaksikan suasana seperti di film-film. Polisi New York (NYPD) dengan seragam seperti Will Smith dan Keanue Reaves berkeliaran di sekitar gedung PBB. Jalan ditutup dan semua diperiksa. Sedan, motor, truk bertulisan NYPD ada di mana-mana. Polisi berseragam dan bersenjata lengkap. Kalau kita melirik ke atas gedung-gedung tinggi, penembak jitu bertengger di tempat-tempat strategis siap dengan senapan canggihnya. Intinya, suasana sangat waspada.

Ayah sendiri mendapat sedikit kesulitan karena belum memiliki ID. Untunglah membawa surat sakti dari UN, sehingga boleh masuk. Lihat peta lokasi gedung PBB di sini

Akhirnya ayah bertemu dengan program adviser, Francois Bailet, orang Perancis. Dia baik sekali. Bersama dia, ada juga Sampan Panjarat, fellow dari Thailand. Dia seorang cewek yang kerja di departemen perikanan Thailand. Dia adalah fellow pertama yang sudah sampai di UN tanggal 15 September lalu. Orangnya baik, sudah 34-an tahun umurnya.

Akhirnya Ayah mengikuti beberapa proses orientasi termasuk berkenalan dengan orang-orang di Office of Legal Affairs PBB dan membuat ID tentu saja. Ayah juga sempat berkunjung ke Sekretariat PBB yang ada di seberang jalan (lihat peta tadi). Delegasi di seluruh dunia tumpah ruah di sana dan beraneka ragam rupa dan tingkahnya. Ini adalah pertemuan besar. Nasib Planet Bumi sedang dibicarakan di gedung ini. Luar biasa. SBY juga datang, tapi ayah tidak sempat bertemu.

Hari itu berjalan lancar, ayah sudah menyelesaikan semua urusan awal dan dapat ID. Kini bisa berjalan-jalan di sekitar UN tanpa perlu ditanya oleh NYPD. Kini dengan ID UN, ayah bahkan bisa berfoto bersama polisi itu termasuk bergaul dekat dengan anggota Secret Service yang berkeliaran di jalan. Begitulah, hidup terasa seperti di film
Hollywood :))

Tanggal 26, ayah masuk seperti biasa. Kini sudah mulai mikir tentang laporan. Sekali waktu sempat juga datang ke Sekretariat PBB untuk melihat suasana dan menyaksikan bagaimana NYPD menguasai jalan dan kawasan di sekitar UN office. Singkat kata, seru!

Hari ini (27-09) juga berjalan lancar tidak ada masalah. Ayah sambil menikmati New York tetap menyelesaikan laporan. Oh ya, setiap hari ayah harus menggunakan jas lengkap di sini. Orang-orang sangat rapi. Beda jauh dengan waktu di Australia yang jauh dari kesan formal.

Itu sementara cerita ayah Bu. Ayah akan sambung terus dengan cerita seru lainnya dan foto-foto tentu saja. Salam sayang dari Ayah untuk Lita.