Lita, do you think you can visit ninik in Bali by yourself? Ide ini sebenernya terdengar gila waktu pertama kali muncul. Saya iseng melontarkan pertanyaan itu sewaktu menjemputnya ke Jogja utk liburan sekolah ke Bali. Lita sendiri menjawab: "How could you Ibu, I'm a bit scared if I go there by myself". Saya pun tersenyum mengerti dan menciumnya dengan lembut.
Setelah Lita menikmati liburannya dengan puas seperti mencari ikan di sungai, bermain sepeda dan anjing, menjelang kepulangannya, saya pun iseng menawarkan pertanyaan itu lagi, 'Lita suka berlibur di Bali? Lita nanti libur lebaran mau ke Bali lagi?" Lita pun dengan semangat menjawab, "mauuuuu ibu". Saya pun semangat,"tapi ada syaratnya, karena ibu gak bisa ambil libur lagi untuk jemput mb Lita, kira-kira bisa gak mbak Lita ke Bali sendiri? Ibu sih yakin mb Lita bisa" Lita pun berpikir sejenak,"Hmmmm.... mauuuu tapi...."
Sayapun menjelaskan bahwa tidak sesulit yang Lita pikir. Nanti mbah Putri antar Lita di Bandara, trus di pesawat sama pramugari, dia akan mengantar sampai ketemu ibu yang sudah menunggu di airport menjemput lita. Dan Lita gak akan lama di pesawat, hanya 1 jam saja, Lita tinggal tidur saja, tau-tau sudah sampai. Lita pun akhirnya mengerti dan sepakat mau mencoba. Walaupun mudah membujuknya, tidak mudah menata kekhawatiran saya sendiri sebenarnya. Apakah saya melakukan hal benar? Saya teringat, dalam pesawat saya pernah duduk dengan seorang anak sekitar 9 th sendiri tanpa orang dewasa, nampaknya gak ada masalah. Sayapun berdiskusi dengan mertua, ibu saya dan tentu ayah Lita, untungnya mereka merestui. Sayapun bertanya ke teman-teman di kampus, menurut mereka itu juga biasa terjadi. Untuk lebih meyakinkan saya juga bertanya pada pihak Garuda dan ternyata bisa dan tidak masalah. Singkat kata, setelah beberapa kali menanyakan kesediaan Lita, saya pun membeli tiket PP untuk Lita.
Sayapun menjelaskan bahwa tidak sesulit yang Lita pikir. Nanti mbah Putri antar Lita di Bandara, trus di pesawat sama pramugari, dia akan mengantar sampai ketemu ibu yang sudah menunggu di airport menjemput lita. Dan Lita gak akan lama di pesawat, hanya 1 jam saja, Lita tinggal tidur saja, tau-tau sudah sampai. Lita pun akhirnya mengerti dan sepakat mau mencoba. Walaupun mudah membujuknya, tidak mudah menata kekhawatiran saya sendiri sebenarnya. Apakah saya melakukan hal benar? Saya teringat, dalam pesawat saya pernah duduk dengan seorang anak sekitar 9 th sendiri tanpa orang dewasa, nampaknya gak ada masalah. Sayapun berdiskusi dengan mertua, ibu saya dan tentu ayah Lita, untungnya mereka merestui. Sayapun bertanya ke teman-teman di kampus, menurut mereka itu juga biasa terjadi. Untuk lebih meyakinkan saya juga bertanya pada pihak Garuda dan ternyata bisa dan tidak masalah. Singkat kata, setelah beberapa kali menanyakan kesediaan Lita, saya pun membeli tiket PP untuk Lita.
Seperti biasa, saking semangatnya Lita mulai menghitung hari sejak H-11. Sejak itu setiap hari ayah dan saya menelpon mempersiapkan mentalnya. Pada akhirnya H-3 Lita pun penegaskan,"Don't worry ibu, I'll be fine". Sampai detik-detik keberangkatannyapun saya gencar menelpon, yang secara gak sadar menunjukkan kekhawatiran saya sendiri. Jangan lupa pake kaos kaki, apa warna pakaian Lita, jangan lupa berdoa sebelum berangkat, harus dengerin pramugari, bawa mainannya dan masih banyak lagi. Tim penjemputan, termasuk ninik yang sedang sakit, dari Tabanan pun berangkat ke airport lebih awal bahkan sebelum Lita berangkat ke airport di Jogja.
Saya sempat khawatir, pesawat terlambat mendarat dari perkiraan jam 11.35 menjadi 11.50. Selanjutnya untung tidak ada delay lagi. Sepuluh menit kemudian, saya melihat Lita digandeng 2 orang petugas bandara. Yang laki membawakan koper pink dan backpack Lita, sementara yang perempuan menggandeng Lita sambil mendengar celotehan Lita. Sampai akhirnya saya melambaikan tangan ke arah Lita di pintu keluar. Lita pun langsung menghambur berlari ke arah saya. Sayapun memeluk erat dan menciuminya sambil membisikkan, "I'm so proud of you darling". Kedua petugas itupun memaklumi saya dan mengatakan Lita sangat kooperatif. Setelah menandatangani dokumen serah terima, kamipun berjalan menuju parkir mobil. Penuh puja dan puji, saya, om upik dan niniknya menyanjung keberanian Lita. Sepanjang jalan saya memandangi Lita, sampai Lita bertanya, "Why do you look at me like that Ibu?" Saya pun terharu,"I can't believe that you are a big girl now."
Saya sempat khawatir, pesawat terlambat mendarat dari perkiraan jam 11.35 menjadi 11.50. Selanjutnya untung tidak ada delay lagi. Sepuluh menit kemudian, saya melihat Lita digandeng 2 orang petugas bandara. Yang laki membawakan koper pink dan backpack Lita, sementara yang perempuan menggandeng Lita sambil mendengar celotehan Lita. Sampai akhirnya saya melambaikan tangan ke arah Lita di pintu keluar. Lita pun langsung menghambur berlari ke arah saya. Sayapun memeluk erat dan menciuminya sambil membisikkan, "I'm so proud of you darling". Kedua petugas itupun memaklumi saya dan mengatakan Lita sangat kooperatif. Setelah menandatangani dokumen serah terima, kamipun berjalan menuju parkir mobil. Penuh puja dan puji, saya, om upik dan niniknya menyanjung keberanian Lita. Sepanjang jalan saya memandangi Lita, sampai Lita bertanya, "Why do you look at me like that Ibu?" Saya pun terharu,"I can't believe that you are a big girl now."
We are all proud of you.... bersambung
6 comments:
kagum dan terharu :'D
Putri pak andi memang sangat hebat!!
Waawww...
Lita hebat...
*tepuk tangan*
Waawww...
Lita hebat...
*tepuk tangan*
Waawww...
Lita hebat...
*tepuk tangan*
Waawww...
Lita hebat...
*tepuk tangan*
Post a Comment