Dear Ibu dan Lita,
Saat ini ayah sudah berada di New York setelah menempuh 24 jam perjalanan. Ayah baru sempat bercerita karena masih penyesuaian dan juga Jet Lag yang agak parah karena perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Ayah di sini baik-baik saja. Semua berjalan dengan baik. Ayah sampai di US tanggal 22 September malam, mendarat pertama kali di Minnesota dan melanjutkan perjalanan ke New York malam itu juga.
Ayah tinggal di sebuah keluarga Indonesia, Pak Madjid namanya, mereka sangat baik. Ibunya (Bu Endang) juga sering membuatkan teh untuk ayah. Mereka memiliki dua anak, Fadjar (30) dan Farah (26). Pak Madjid kerja di KJRI dan Ibu Endang kerja di suatu tempat yang ayah gak tahu he he he. Pokoknya di Manhattan. Ayah diberi kamar yang sangat bagus, fully furnished lengkap dengan sarapannya he he he
Tanggal 23 pagi Ayah sudah menjelajah New York City sendiri hanya berbekal peta saja. Suasana di sini tidak jauh berbeda dengan sydney, cuma orangnya kelihatan lebih beragam. Banyak orang hitam dan latin di mana-mana. Kebersihan juga mirip2 dengan Sydney. Cuma suasana subway jauh lebih ramai nampaknya. Ayah beli tiket seharga 76 dolar untuk sebulan, bisa untuk bus dan kereta di NY. Sangat murah sebenarnya. Lebih murah dibandingkan di Sydney dan di sini tidak ada istilah konsesi atau bukan. Semua sama.
Tanggal 24 ayah mengunjungi Patung Liberty. Memang besar sekali dan benar-benar menjadi simbol Amerika. Orang antri berjubel untuk berkunjung. Liberty ini ada di sebuah pulau kecil yang sekarang dikenal sebagai Pulau Liberty. Untuk ke sana kita harus naik ferry. Dengan USD 17.50 Ayah sudah bisa mengunjungi Liberty Statue lengkap
dengan Audio Tour juga Ellis Island, pulau kecil yang jaman dulu dijadikan pintu gerbang imigran yang datang ke Amerika. Kini pulau itu menjadi musium. Seru sekali menyaksikan bagaimana mereka memperlakukan imigran jaman dulu. Pulau ini merupakan tempat persinggahan pertama 12-an juta migran yang masuk ke Amerika. "A nation of Migrants" begitu JFK menyebut Amerika.
Sayang sekali Ibu dan Lita tidak ada di sini, ayah menikmati semuanya sendiri. Tidak lengkap rasanya. Tapi suatu saat kita akan ke sini. Ayah yakin itu. Terpaksa berfoto sendiri dengan gaya seadanya he eh he.
Oh ya, di NY sekarang ini ada sidang PBB. Semua kepala negara seluruh dunia ada di sini terutama tanggal 23-26. Ketika masuk kantor pertama kali, ayah menyaksikan suasana seperti di film-film. Polisi New York (NYPD) dengan seragam seperti Will Smith dan Keanue Reaves berkeliaran di sekitar gedung PBB. Jalan ditutup dan semua diperiksa. Sedan, motor, truk bertulisan NYPD ada di mana-mana. Polisi berseragam dan bersenjata lengkap. Kalau kita melirik ke atas gedung-gedung tinggi, penembak jitu bertengger di tempat-tempat strategis siap dengan senapan canggihnya. Intinya, suasana sangat waspada.
Ayah sendiri mendapat sedikit kesulitan karena belum memiliki ID. Untunglah membawa surat sakti dari UN, sehingga boleh masuk. Lihat peta lokasi gedung PBB di sini
Akhirnya ayah bertemu dengan program adviser, Francois Bailet, orang Perancis. Dia baik sekali. Bersama dia, ada juga Sampan Panjarat, fellow dari Thailand. Dia seorang cewek yang kerja di departemen perikanan Thailand. Dia adalah fellow pertama yang sudah sampai di UN tanggal 15 September lalu. Orangnya baik, sudah 34-an tahun umurnya.
Akhirnya Ayah mengikuti beberapa proses orientasi termasuk berkenalan dengan orang-orang di Office of Legal Affairs PBB dan membuat ID tentu saja. Ayah juga sempat berkunjung ke Sekretariat PBB yang ada di seberang jalan (lihat peta tadi). Delegasi di seluruh dunia tumpah ruah di sana dan beraneka ragam rupa dan tingkahnya. Ini adalah pertemuan besar. Nasib Planet Bumi sedang dibicarakan di gedung ini. Luar biasa. SBY juga datang, tapi ayah tidak sempat bertemu.
Hari itu berjalan lancar, ayah sudah menyelesaikan semua urusan awal dan dapat ID. Kini bisa berjalan-jalan di sekitar UN tanpa perlu ditanya oleh NYPD. Kini dengan ID UN, ayah bahkan bisa berfoto bersama polisi itu termasuk bergaul dekat dengan anggota Secret Service yang berkeliaran di jalan. Begitulah, hidup terasa seperti di film
Hollywood :))
Tanggal 26, ayah masuk seperti biasa. Kini sudah mulai mikir tentang laporan. Sekali waktu sempat juga datang ke Sekretariat PBB untuk melihat suasana dan menyaksikan bagaimana NYPD menguasai jalan dan kawasan di sekitar UN office. Singkat kata, seru!
Hari ini (27-09) juga berjalan lancar tidak ada masalah. Ayah sambil menikmati New York tetap menyelesaikan laporan. Oh ya, setiap hari ayah harus menggunakan jas lengkap di sini. Orang-orang sangat rapi. Beda jauh dengan waktu di Australia yang jauh dari kesan formal.
Itu sementara cerita ayah Bu. Ayah akan sambung terus dengan cerita seru lainnya dan foto-foto tentu saja. Salam sayang dari Ayah untuk Lita.
Saat ini ayah sudah berada di New York setelah menempuh 24 jam perjalanan. Ayah baru sempat bercerita karena masih penyesuaian dan juga Jet Lag yang agak parah karena perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Ayah di sini baik-baik saja. Semua berjalan dengan baik. Ayah sampai di US tanggal 22 September malam, mendarat pertama kali di Minnesota dan melanjutkan perjalanan ke New York malam itu juga.
Ayah tinggal di sebuah keluarga Indonesia, Pak Madjid namanya, mereka sangat baik. Ibunya (Bu Endang) juga sering membuatkan teh untuk ayah. Mereka memiliki dua anak, Fadjar (30) dan Farah (26). Pak Madjid kerja di KJRI dan Ibu Endang kerja di suatu tempat yang ayah gak tahu he he he. Pokoknya di Manhattan. Ayah diberi kamar yang sangat bagus, fully furnished lengkap dengan sarapannya he he he
Tanggal 23 pagi Ayah sudah menjelajah New York City sendiri hanya berbekal peta saja. Suasana di sini tidak jauh berbeda dengan sydney, cuma orangnya kelihatan lebih beragam. Banyak orang hitam dan latin di mana-mana. Kebersihan juga mirip2 dengan Sydney. Cuma suasana subway jauh lebih ramai nampaknya. Ayah beli tiket seharga 76 dolar untuk sebulan, bisa untuk bus dan kereta di NY. Sangat murah sebenarnya. Lebih murah dibandingkan di Sydney dan di sini tidak ada istilah konsesi atau bukan. Semua sama.
Tanggal 24 ayah mengunjungi Patung Liberty. Memang besar sekali dan benar-benar menjadi simbol Amerika. Orang antri berjubel untuk berkunjung. Liberty ini ada di sebuah pulau kecil yang sekarang dikenal sebagai Pulau Liberty. Untuk ke sana kita harus naik ferry. Dengan USD 17.50 Ayah sudah bisa mengunjungi Liberty Statue lengkap
dengan Audio Tour juga Ellis Island, pulau kecil yang jaman dulu dijadikan pintu gerbang imigran yang datang ke Amerika. Kini pulau itu menjadi musium. Seru sekali menyaksikan bagaimana mereka memperlakukan imigran jaman dulu. Pulau ini merupakan tempat persinggahan pertama 12-an juta migran yang masuk ke Amerika. "A nation of Migrants" begitu JFK menyebut Amerika.
Sayang sekali Ibu dan Lita tidak ada di sini, ayah menikmati semuanya sendiri. Tidak lengkap rasanya. Tapi suatu saat kita akan ke sini. Ayah yakin itu. Terpaksa berfoto sendiri dengan gaya seadanya he eh he.
Oh ya, di NY sekarang ini ada sidang PBB. Semua kepala negara seluruh dunia ada di sini terutama tanggal 23-26. Ketika masuk kantor pertama kali, ayah menyaksikan suasana seperti di film-film. Polisi New York (NYPD) dengan seragam seperti Will Smith dan Keanue Reaves berkeliaran di sekitar gedung PBB. Jalan ditutup dan semua diperiksa. Sedan, motor, truk bertulisan NYPD ada di mana-mana. Polisi berseragam dan bersenjata lengkap. Kalau kita melirik ke atas gedung-gedung tinggi, penembak jitu bertengger di tempat-tempat strategis siap dengan senapan canggihnya. Intinya, suasana sangat waspada.
Ayah sendiri mendapat sedikit kesulitan karena belum memiliki ID. Untunglah membawa surat sakti dari UN, sehingga boleh masuk. Lihat peta lokasi gedung PBB di sini
Akhirnya ayah bertemu dengan program adviser, Francois Bailet, orang Perancis. Dia baik sekali. Bersama dia, ada juga Sampan Panjarat, fellow dari Thailand. Dia seorang cewek yang kerja di departemen perikanan Thailand. Dia adalah fellow pertama yang sudah sampai di UN tanggal 15 September lalu. Orangnya baik, sudah 34-an tahun umurnya.
Akhirnya Ayah mengikuti beberapa proses orientasi termasuk berkenalan dengan orang-orang di Office of Legal Affairs PBB dan membuat ID tentu saja. Ayah juga sempat berkunjung ke Sekretariat PBB yang ada di seberang jalan (lihat peta tadi). Delegasi di seluruh dunia tumpah ruah di sana dan beraneka ragam rupa dan tingkahnya. Ini adalah pertemuan besar. Nasib Planet Bumi sedang dibicarakan di gedung ini. Luar biasa. SBY juga datang, tapi ayah tidak sempat bertemu.
Hari itu berjalan lancar, ayah sudah menyelesaikan semua urusan awal dan dapat ID. Kini bisa berjalan-jalan di sekitar UN tanpa perlu ditanya oleh NYPD. Kini dengan ID UN, ayah bahkan bisa berfoto bersama polisi itu termasuk bergaul dekat dengan anggota Secret Service yang berkeliaran di jalan. Begitulah, hidup terasa seperti di film
Hollywood :))
Tanggal 26, ayah masuk seperti biasa. Kini sudah mulai mikir tentang laporan. Sekali waktu sempat juga datang ke Sekretariat PBB untuk melihat suasana dan menyaksikan bagaimana NYPD menguasai jalan dan kawasan di sekitar UN office. Singkat kata, seru!
Hari ini (27-09) juga berjalan lancar tidak ada masalah. Ayah sambil menikmati New York tetap menyelesaikan laporan. Oh ya, setiap hari ayah harus menggunakan jas lengkap di sini. Orang-orang sangat rapi. Beda jauh dengan waktu di Australia yang jauh dari kesan formal.
Itu sementara cerita ayah Bu. Ayah akan sambung terus dengan cerita seru lainnya dan foto-foto tentu saja. Salam sayang dari Ayah untuk Lita.