Sebagai kelanjutan dari program jalan-jalan kita minggu ini, hari ini kita nonton film 3 dimensi The Polar Express di IMAX Theatre yang berlokasi di Darling Harbor. Darling Harbor adalah salah satu lokasi wisata favorit di Sydney.
The Polar Express ini adalah film terbaru dari Tom Hanks, berupa animasi yang menceritakan kisah Natal. The Polar Express ini adalah film animasi dengan teknologi yang berbeda dengan animasi-animasi yang pernah ada sebelumnya. Animasi ini tidak mengandalkan kemampuan animator untuk menciptakan karakter secara mandiri seperti halnya Toy Story, tidak juga dengan pemodelan seperti yang dilakukan pada Finding Nemo, atau digitasi model tiga dimensi seperti yang dilakukan di Shrek 2, melainkan dengan merekam gerakan actor sesungguhnya menggunakan coordinate detector. Detektor ini, disebut juga jewel, ditempelkan di permukaan tubuh seorang aktor sehingga posisi setiap titik di tubuhnya bisa direkam dalam komputer. Hasil rekaman ini kemudian dijadikan dasar untuk membuat karakter final. Tentu saja dalam pembuatan karakter final ada proses interpolasi (apa lagi ini.. istilah aneh, gak ngerti ah) dan rendering (ini juga... biar kedengeran keren aja sih) untuk menghasilkan tampilan fisik yang mendekati aslinya. Dengan kata lain, sang aktor (Tom Hanks) tidak saja berlaku sebagai dubber, seperti di Toy Story, tapi juga model. Tidak heran kalau tokoh dalam film ini sangat mirip dengan Tom Hanks.
http://images.killermovies.com/p/polarexpress/gallery/poster.jpg
Dalam film ini, Tom Hanks memainkan empat peran sekaligus yaitu sebagai Ayah, Kondektur kereta (salah satu tokoh sentral), Gypsy dan Santa Claus. Ketika ditanya apakah ini tidak berarti Tom serakah terhadap peran? Dia menjawab bahwa ini sangat masuk akal karena sesungguhnya keempat tokoh laki-laki dewasa dalam film itu adalah metamorfosis dari satu orang yaitu sang Ayah.
Dalam film memang diceitakan petualangan seorang anak yang awalnya tidak percaya dengan Santa dan akhirnya percaya melalui sebuah mimpi yang menurutnya benar-benar terjadi. Dalam mimpi dia bertemu dengan tidak lelaki yang dalam alam bawah sadarnya bersifat seperti ayahnya.
Eh kok jadi serius tentang teknologi sih…[sok tahu banget Andi hi hi hi] Pokoknya semua celotehan di atas tidak wajib dipercaya dan jangan sampai dijadikan referensi resmi ya :)
Yang benar-benar nyata dan bisa dipercaya:
Kita nonton bareng-bareng sama Bli Mul, mBak Oka, Emma, Yanti, Linggar, dan Bayu. Andi dan Asti ya gak usah disebut dong, kan pemilik rumah, pasti ikut lah. Lagipula kalau gak ikut, cerita ini gak akan dipasang di sini dong!
The Polar Express ini adalah film terbaru dari Tom Hanks, berupa animasi yang menceritakan kisah Natal. The Polar Express ini adalah film animasi dengan teknologi yang berbeda dengan animasi-animasi yang pernah ada sebelumnya. Animasi ini tidak mengandalkan kemampuan animator untuk menciptakan karakter secara mandiri seperti halnya Toy Story, tidak juga dengan pemodelan seperti yang dilakukan pada Finding Nemo, atau digitasi model tiga dimensi seperti yang dilakukan di Shrek 2, melainkan dengan merekam gerakan actor sesungguhnya menggunakan coordinate detector. Detektor ini, disebut juga jewel, ditempelkan di permukaan tubuh seorang aktor sehingga posisi setiap titik di tubuhnya bisa direkam dalam komputer. Hasil rekaman ini kemudian dijadikan dasar untuk membuat karakter final. Tentu saja dalam pembuatan karakter final ada proses interpolasi (apa lagi ini.. istilah aneh, gak ngerti ah) dan rendering (ini juga... biar kedengeran keren aja sih) untuk menghasilkan tampilan fisik yang mendekati aslinya. Dengan kata lain, sang aktor (Tom Hanks) tidak saja berlaku sebagai dubber, seperti di Toy Story, tapi juga model. Tidak heran kalau tokoh dalam film ini sangat mirip dengan Tom Hanks.
http://images.killermovies.com/p/polarexpress/gallery/poster.jpg
Dalam film ini, Tom Hanks memainkan empat peran sekaligus yaitu sebagai Ayah, Kondektur kereta (salah satu tokoh sentral), Gypsy dan Santa Claus. Ketika ditanya apakah ini tidak berarti Tom serakah terhadap peran? Dia menjawab bahwa ini sangat masuk akal karena sesungguhnya keempat tokoh laki-laki dewasa dalam film itu adalah metamorfosis dari satu orang yaitu sang Ayah.
Dalam film memang diceitakan petualangan seorang anak yang awalnya tidak percaya dengan Santa dan akhirnya percaya melalui sebuah mimpi yang menurutnya benar-benar terjadi. Dalam mimpi dia bertemu dengan tidak lelaki yang dalam alam bawah sadarnya bersifat seperti ayahnya.
Eh kok jadi serius tentang teknologi sih…[sok tahu banget Andi hi hi hi] Pokoknya semua celotehan di atas tidak wajib dipercaya dan jangan sampai dijadikan referensi resmi ya :)
Yang benar-benar nyata dan bisa dipercaya:
Kita nonton bareng-bareng sama Bli Mul, mBak Oka, Emma, Yanti, Linggar, dan Bayu. Andi dan Asti ya gak usah disebut dong, kan pemilik rumah, pasti ikut lah. Lagipula kalau gak ikut, cerita ini gak akan dipasang di sini dong!