Monday, April 07, 2008

Lamaran

Tepat lima tahun yang lalu serombongan orang berpakaian adat Bali beriringan dalam 3 mobil kijang mengusik ketenangan warga kampung Kembang di Maguwoharjo. Tidak melewati jalan biasa, ketiga mobil kijang ini memutar lewat belakang di dekat rel kereta untuk kemudian berhenti di jalan utama tidak jauh dari rumahIbu Putu. Para tukang parkir bersiaga, penyambut tamu pun nampak siap. Hari ini, putri ragil Ibu Putu akan dipersunting calon suaminya, seorang pemuda desa sederhana dari Tabanan Bali.

Rombongan ini datang dengan segala persiapan, langsung dari Bali dengan belasan anggota. Jalan memutar yang ditempuh tadi adalah prasyarat dari keluarga untuk menghindarkan mempelai dari segala marabahaya dan kesialan hidup yang tidak diinginkan. Hari itu adalah 7 April 2003, mitos-mitos ternyata masih berkuasa atas kedua keluarga yang putra-putrinya bahkan sudah sarjana itu. Begitulah hidup yang penuh kompromi, menyenangkan juga ketika dijalani dengan ikhlas, setidaknya menggelikan untuk diceritakan 5 tahun sesudahnya :)

Mengingat keluarga yang sederhana, pihak mempelai pria memutuskan untuk meminta bantuan Bapak Pande Kutanegara, seorang antropolog dari UGM sebagai wakil keluarga. Sementara itu, mempelai wanita mempercayakan perwakilannya kepada Bapak Putu Panji Sudira, seorang akademisi dari UNY. Terjadilah dialog elegan itu dan mengantarkan dokter muda yang cantik dan dosen muda tampan (hi hi hi) semakin dekat dengan pelaminan. Ternyata peristiwa bersejarah itu sudah berlalu lima tahun lalu dan kini cinta mereka sudah berbuah. Lita, gadis kecil yang entah kelak akan jadi dokter atau dosen. Mungkin juga jadi petani seperti Pekak dan Niniknya di desa terpencil di Tabanan. Entahlah :) Selamat ulang tahun cinta.

No comments: