Monday, October 24, 2005

Mecolongan

Apa sih mecolongan? nyolong apaan? :))

Mecolongan buat Lita dilakukan tanggal 24 Oktober 2005. Karena jauh dari Bali, ya terpaksa dilakukan seadaanya, yang penting memperingati dan dihayati maknanya. Kali ini cukup banyak tamu yang hadir, diantaranya Ode, Putu, Krisna, Bli Sujata, Borneo, Wah, Ketut, Atik dan Eris. Acara utama, tentu saja, menikmati hidangan makan dan minum. Putu seperti biasa, datang dengan ciri khasnya: puding yang uenak tenan :)

Masakan utama berupa nasi kuning, ayam coles dengan sambel matah, dan kering tempe dengan minumannya es buah.

Sembahyang dilakukan sekitar jam 18 waktu Sydney, dimulai dengan Tri Sandya dan dilanjutkan dengan Panca Sembah. Pada saat yang sama, Bapak Meme' di bali juga mebanten di sanggah dan Bapak Ibu Jogja juga sembahyang turut mendoakan. Teledoa, istilahnya Bapak :)





Mecolongan atau macolongan adalah salah satu upacara Manusa Yadnya sebagai tradisi umat Hindu di Bali yang dilakukan saat bayi berumur 42 hari. Secara filosifis, upacara ini bertujuan untuk membersihkan bayi secara bathin sehingga sudah siap melakukan ritual keagamaan termasuk mengunjungi tempat suci (i.e. Pura).

Bagi ibu, mecolongan ini juga pertanda akhir dari brata atau prihatin dan telah bersih secara lahir dan bathin sehingga siap melakukan ritual agama dan mengunjungi tempat suci. Secara lahiriah, sang ibu juga sudah sehat dan siap untuk melakukan hubugan suami istri, menjalankan kewajiban [atau mungkin lebih tepatnya menuntut hak :)] untuk melayani suami.

Menurut Surayin (2004: 15), macolongan pada intinya adalah mengembalikan Nyama Bajang dan memohon perlindungan Catur Sanak/Kanda Pat Rare. Catur Sanak adalah saudara empat yang merupakan unsur penyerta bayi ketika berkembang dalam kandungan hingga lahir yaitu: darah, lamad, air ketuban dan ari-ari. Ketika manusia lahir ke dunia, dipercaya bahwa keempat saudara inilah yang menjadi pengikut setia dan senantiasa melindungi.

Nyama Bajang adalah semua kekuatan yang membantu Catur Sanak ini ketika dalam kandungan. Ketika bayi sudah berumur 42 hari, nyama bajang ini sudah saatnya dikembalikan karena tugasnya sudah selesai. Masih menurut Surayin (2004), nyama bajang ini bahkan seringkali justru mengganggu, sehingga perlu dimintakan kesediaan mereka untuk kembali ke tempatnya masing-masing.

No comments: