Sejak tinggal di Wollongong, kami mencoba mendisiplinkan Lita (dan juga orang tuanya sih yang penting) dengan jadwal sehari-hari. Ritual malam adalah yang selama ini paling rutin dilakukan.
Karena Lita harus sekolah pagi, sebaiknya tidur juga cepat. Tapi kenyataannya masih belum pernah bisa sebelum jam 9 malam. Ini kesalahan ayah ibunya juga sih yang kebiasaan tidur malam. Ayahnya, terutama he he.
Saat waktunya tidur, kami bertiga gosok gigi. Lita sudah bisa gosok gigi sendiri walaupun kadang masih belepotan :) Adegan ngajak sikat gigi ini hampir pasti didahului dengan drama-drama merayu dan bahkan sedikit memaksa. Berbagai hal dijanjikan atau bila perlu ancaman kecilpun disampaikan :) Tapi umumnya sih Lita mau sikat gigi. Trik yang paling sering dipakai Ibu adalah "Ibu aja yang digosokin giginya sama Ayah" yang spontan membuat Lita terika "nggak, Lita aja!" Mulailah kami berhamburan ke kamar mandi.
Setelah sikat gigi, Lita juga susah diajak berhenti (iki bocah piye sih, diajak mulai susah, eh giliran disudahi, sulit juga). Ada saja yang dilakukannya dan terutama alasannya yang selalu 'masuk akalnya'. Lita mau bersihin wastafel dulu lah, Lita mau cuci botol sabunnya dulu, Lita mau ini dan itu dan sebagainya. Setelah dirayu, bisa juga sih. Kalau nggak berhasil dirayu ya lampu kamar mandi dimatikan. Biasanya sih Lita langsung mau.
Sekarang waktunya sembahyang. Lita belum hafal Trisandya tapi sudah mau duduk tenang mendengarkan dan mengikuti ayah dan ibunya Trisandya. Kadang-kadang Lita diminta memimpin sembahyang supaya terlibat. Menariknya, Lita tahu kalau sudah Om Shanti Shanti Shanti Om artinya selesai. Makanya waktu ayahnya merenung meditasi, Lita kadang berbisik, "Om Shanti Shanti yuk Yah". Artinya dia sudah tidak sabar segera berguling-guling di tempat tidur he he.
Apa Lita langsung tidur? Jangan harap. Kalau tidak main puzzle dulu, ngisi buku stickers. Kalau nggak, baca buku dulu atau paling tidak ayahnya harus cerita. Ceritanya macam ragam. Mulai dari cerita Siap Selem khas Bali atau I Gobrag, si katak buduk hingga Petter Rabit yang kebarat-baratan. Manik Angkeran juga kadang diceritakan sama ayah.
Begitulah Lita, tumbuh makin besar, makin kritis. Selamat tidur Lita.